Jumat 12 Mar 2021 09:22 WIB

Gunung Everest Dibuka Kembali, Ini Syarat untuk Pendaki

Pendaki wajib membawa keterangan negatif Covid-19 dan karantina 1 pekan.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Pendaki berfoto saat mencapai puncak Gunung Everest. Gunung Everest akan dibuka kembali bagi para pendaki mulai bulan depan, yang sekaligus menjadi pertama kalinya pascapandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia.
Foto: EPA
Pendaki berfoto saat mencapai puncak Gunung Everest. Gunung Everest akan dibuka kembali bagi para pendaki mulai bulan depan, yang sekaligus menjadi pertama kalinya pascapandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Gunung Everest akan dibuka kembali bagi para pendaki mulai bulan depan, yang sekaligus menjadi pertama kalinya pascapandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia. Menurut laporan dari pejabat pemerintah Nepal, pembukaan kembali Everest akan dilakukan dengan sejumlah ketentuan yang ketat, mengingat situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir. 

Lebih dari 300 pendaki yang kemungkinan akan kembali mencoba mendaki gunung setinggi 8.849 meter (29.031 kaki) tersebut pada puncak musim pendakian yang dimulai pada April. Pejabat dari Departemen Pariwisata Nepal, Mira Acharya mengatakan dalam periode musim pendakian yang sama pada 2019, tercatat ada 381 pendaki datang ke Everest. Meski demikian, ada kemungkinan jumlah pendaki berkurang pada tahun ini karena persyaratan baru yang ditetapkan seperti karantina selama satu minggu dan keterangan negatif Covid-19. 

Delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest sebagian besar berada di Nepal. Ratusan pendaki asing menyumbangkan pendapatan jutaan dolar setiap tahun untuk negara Asia Selatan itu.

Lukas Furtenbach dari perusahaan pemandu yang berbasis di California, Amerika, Furtenbach Adventures, memimpin 22 pendaki dalam lima tim, termasuk dua ekspedisi ke Everest. Beberapa klien menurutnya telah menunda rencana hingga tahun depan karena aturan pembatasan perjalanan di negara-negara seperti Inggris.

“Kami memiliki protokol Covid-19 yang sangat ketat dengan jadwal pengujian yang ketat, dokter ekspedisi, gelembung tertutup untuk tim kami di base camp, protokol kebersihan,” ujar Furtenbach, dilansir //Daily Breeze//, Jumat (12/3). 

Pemerintah Nepal menutup pendakian di Everest dan gunung-gunung tertinggi lainnya di Himalaya pada Maret 2020. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya negara itu dalam mengendalikan penyebaran wabah, di mana sejauh ini terdapat 274.973 kasus Covid-19 dan menyebabkan 3.012 kematian. 

Nepal telah memulai kampanye vaksinasi Covid-19 dari AstraZeneca yang diberikan oleh India pada Januari. Sejak vaksinasi dilakukan, jumlah kasus infeksi mengalami penurunan. Seperti pada Rabu (10/3), ada 104 kasus terbaru, yang jauh lebih kecil dibandingkan Oktober 2020, di mana kasus harian mencapai 5.743. 

Sementara itu, perusahaan penyelenggara ekspedisi mengatakan Everest di bagian teritori China akan tetap ditutup. Garrett Madison dari Madison Mountaineering yang berbasis di AS mengatakan sedang memimpin tim besar pendaki ke Everest di sisi Nepal pada musim pendakian April hingga Mei.

“Kami akan melakukan tindakan pencegahan maksimal,” kata Madison. 

Meski demikian, tidak semua perusahaan penyelenggara ekspedisi Everest kembali. Seperti Alpenglow Expeditions yang mengatakan saat ini belum waktu yang tepat, mengingat fasilitas kesehatan di Nepal yang tidak terlalu bagus. 

“Kami akan membahayakan pendaki atau menciptakan situasi penyelamatan di gunung jika seseorang jatuh sakit yang akan membahayakan orang lain,” jelas Adrian Ballinger dari Alpenglow Expeditions.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement