Kamis 11 Mar 2021 15:28 WIB

Klaster Senam di Tasikmalaya, 47 Warga Puspahiang Dievakuasi

Puluhan orang diketahui terkonfirmasi Covid-19 dari klaster klub senam di Puspahiang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Senam kesehatan jasmani dan jiwa.
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
[ilustrasi] Senam kesehatan jasmani dan jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak 47 orang warga Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya, dievakuasi ke Wisma Haji di Kecamatan Singaparna, untuk menjalani isolasi, Kamis (11/3). Puluhan orang itu diketahui terkonfirmasi Covid-19 dari klaster klub senam.

Sekretaris Kecamatan Puspahiang, Ayi Mulyana mengatakan, puluhan orang itu dievakuasi ke Wisma Haji setelah pihaknya berkoordinasi dengan unsur forum komunikask pimpinan kecamatan (forkopimcam). Mereka dibawa agar penyebaran Covid-19 di wilayah itu bisa diputus.

Baca Juga

"Ada 47 orang. Kami sudah berkoordinasi, untuk memotong mata rantai, kami sepakat memindahkan ke Wisma Haji. Supaya terkontrol dan lebih mantap penanganannya," kata dia, Kamis.

Sebanyak 47 orang yang terkonfirmasi posotif Covid-19 itu berasal dari klub senam di Kecamatan Puspahiang yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. Namun, tak seluruhnya merupakan anggota klub senam, melainkan sebagian merupakan keluarga dari salah satu anggota.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi membenarkan adanya evakuasi kepada 47 orang tersebut. Proses evakuasi itu dilakukan dengan menggunakan 15 ambulans. Namun, setelah dilakukan skrining awal di Wisma Haji, sebanyak tiga orang dipulangkan lantaran sudah selesai melewati masa isolasi.

"Tadi semua dibawa ke Wisma Haji, tapi setelah dilakukan skrining awal, tiga orang dipulangkan karena sudah melewati masa isolasi. Jadi sekarang yang di Wisma Haji ada 44 orang," kata dia saat dihubungi Republika.

Menurut dia, puluhan orang itu sebelumnya menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing. Sebab, mayoritas adalah orang tanpa gejala (OTG).

Atang menjelaskan, berdasarkan pedoman yang ada, OTG dapat menjalani isolasi mandiri jika rumahnya memadai. Namun, belakangan terdapat sejumlah warga yang resah dengan adanya pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.

"Dibawa ke Wisma Hajivkarena masih ada diskrimanasi tentang Covud. Mereka semua dijemput berdasarkan hasil musyawarah satgas kecamatan setempat. Mungkin ada sebagian warga yang resah," ujar dia.

Ia menjelaskan, munculnya klaster itu bermula ketika ada klub senam di Kabupaten Tasikmalaya yang merayakan hari jadinya. Sebanyak 40 anggota klub senam itu berwisata di Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, pada 14 Februari. Di Garut, klub senam itu juga bertemu juga dengab klub senam yang berasal dari Bandung.

Sepulang dari Garut, terdapat salah seorang anggota klub tersebut yang mengalami batuk pilek. Setelah diperiksa, orang itu dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.

"Baru ketahuan setelah pulang dari Garut. Kita sulit meyimpulkan klaster ini mulanya dari mana," kata dia.

Dari awal satu kasus itu, petugas survailans melakukan pelacakan dan pengetesan kepada kontak erat. Hasilnya total ada 47 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Sekarang ada yang gejala ringan, seperti flu dan anosmia (hilang indra penciuman). Tapi mayoritas OTG," ujar Atang.

Wakil Bupati Tasikmalaya, Deni Ramdani Sagara mengaku menyayangkan munculnya klaster penyebaran Covid-19 dari klub senam. Menurut dia, kasus klaster klub senam itu menjadi hal yang kontradiktif.

"Senam itu kan harusnya menjaga kesehatan agar kita bugar dan imun kuat, tapi masyarakat belum sadar, kegiatan apapun termasuk senam, olahraga, kalau tak menerapkan prokes (protokol kesehatan), akan membuka peluang masuknya Covid-19," kata dia.

Artinya, Deni menilai, ada keteledoran masyarakat dalam menerapkan prokes. Padahal, ia mengklaim, pemerintah telah teris berupaya melakukan sosialisasi dan edukasi terkait penerapan prokes.

Ia mengatakan, pihaknya akan terus menyadarkan masyarakat terkait penerapan prokes agar terus dilaksanakan. "Kita imbau semua pihak jangan pernah lelah saling mengingatkan. Harus sabar memberikan informasi yang benar," kata dia.

Sementara itu, Atang mengimbau para pegiat senam untuk sementara bisa melakukan kegiatannya di rumah masing-masing. Menurut dia, senam bisa dilakukan seorang diri di rumah dan tak harus berkumpul di tempat tertentu.

"Senam itu kan tidak mungkin pakai masker, karena pasti pengap. Ketika tidak pakai masker, berkerumun, berisiko tinggi tertular," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement