Rabu 10 Mar 2021 10:20 WIB

Mengkaji Modernisasi Teologi Islam SherAli Tareen (1)

Tulisan SherAli Tareen memenangkan penghargaan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Mengkaji Modernisasi Teologi Islam SherAli Tareen
Foto: contendingmodernities.nd.edu
Mengkaji Modernisasi Teologi Islam SherAli Tareen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defending Muhammad in Modernity (Membela Muhammad dalam Modernitas) karya SherAli Tareen berhasil memenangkan 2020 American Institute of Pakistan Studies Book Prize. Di mana Tareen memberikan renungan bagi pembaca tentang bagaimana ide-ide para visioner yang mempengaruhi atau menentukan tren bahkan kebijakan yang terjadi di masa depan.

Tareen menjadikan Shah Muhammad Isma’il, cendikiawan dan aktivis politik terkenal yang merupakan kuturunan dari keluarga Waliyullah, sebagai salah satu visioner yang visi teologisnya diadaptasi oleh beberapa pendiri mazhab, salah satunya Deoband, diambil dari nama sebuah kota di distrik Saharanpur di negera bagian Uttar Pradesh, India. Salah satu pemikiran Isma’il yang mereka terapkan adalah larangan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid).

Namun keputusan Haji Imdadullah, pendiri mazhab Deoband, untuk melarang perayaan maulid, menimbulkan kritik dan penolakan dari murid-muridnya, yang menyetujui ritual ini.

“Karenanya, Ismāʿīl dan Imdādādullāh secara halus dan sengaja membentuk kembali praktik-praktik diskursif umat Islam di Asia Selatan, terutama yang secara langsung bersinggungan dengan hubungan antar institusi, yaitu yang kemudian dikenal sebagai mazhab Deobandī dan saingan mereka, yang disebut mazhab Barelvī,” tulis Tareen yang dikutip Republika, Selasa (9/3).

Dalam tulisannya, Tareen merefleksikan berbagai perbedaan dan pergeseran teologis yang terjadi, dan berujung pada dugaan adanya pengaruh sejarah pada lanskap politik dan budaya di India saat ini, sebagai konsekuensi dari apa yang terjadi di masa lalu.

“Sebagian besar perselisihan teologis memiliki kehidupan setelah kematian, dan beberapa dari perdebatan yang rumit dan tidak kentara tentang otoritas utusan dan nabi Islam ini masih meresap di hati dan pikiran umat beriman hingga hari ini,” tulis Tareen.

Hasil refleksi, eksplorasi, deskripsi, analisis mikro-sejarah, dan perdebatan teologis diskrit di India kolonial ini, menuai banyak respon dan apresiasi dari pembaca dan cendikiawan Muslim. Salah satunya Waris Mazhari, anggota Researce Associate for Virtual Dialogues di Duke University Amerika Serikat. Mazhari mengakui bahwa agama dan politik dalam sejarah Muslim berhubungan erat.

“Dalam pandangan saya, akar yang dalam dari teologi politik dalam pemikiran Islam dapat ditemukan dalam karya cendekiawan Muslim abad pertengahan, yang seringkali tidak diakui dalam keilmuan kritis,” ujarnya.

Sumber:

http://contendingmodernities.nd.edu/theorizing-modernities/tareen-ironies-of-history/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement