Rabu 10 Mar 2021 09:50 WIB

Uni Eropa Tolak Tuduhan Nasionalisme Vaksin

Uni Eropa menegaskan tak melakukan nasionalisme vaksin

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Uni Eropa menegaskan tak melakukan nasionalisme vaksin. Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Uni Eropa menegaskan tak melakukan nasionalisme vaksin. Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, menolak tuduhan nasionalisme vaksin yang dilontarkan terhadap Uni Eropa, Selasa (9/3). 

Dia membandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang memiliki larangan langsung terhadap ekspor vaksin Covid-19, Uni Eropa tidak berhenti mengekspor.

Baca Juga

Dalam pernyataan yang panjang, Michel menjelaskan pembelaan strategi blok tersebut. Dia mengatakan bahwa tanpa Eropa, tidak mungkin mengembangkan dan memproduksi beberapa vaksin dalam waktu kurang dari satu tahun.

Uni Eropa telah memastikan bahwa negara-negara yang lebih miskin di blok itu menerima dosis pertama. Dia membidik pasokan vaksin yang dipublikasikan secara luas oleh China dan Rusia ke negara lain. 

"Kita tidak boleh membiarkan diri kita disesatkan China dan Rusia, kedua rezim dengan nilai yang kurang diinginkan dari kita, karena mereka mengatur operasi yang sangat terbatas tetapi dipublikasikan secara luas untuk memasok vaksin kepada orang lain," kata Michel.

Michel juga mencatat bahwa China dan Rusia sama-sama memvaksinasi lebih sedikit orang di dalam negeri daripada Uni Eropa. "Eropa tidak akan menggunakan vaksin untuk tujuan propaganda. Kami mempromosikan nilai-nilai kami," katanya. 

Uni Eropa mendapatkan kecaman di dalam negeri karena peluncuran vaksin jauh lebih lambat daripada bekas anggota Inggris atau Amerika Serikat. Di luar negeri, Uni Emirat sejauh ini kurang merilis vaksin dari China, Rusia, atau India untuk memasok vaksin ke negara-negara miskin.

Michel juga mempertahankan sistem untuk mengatur ekspor dosis yang diproduksi di negara-negara Uni Emirat Arab. Cara ini yang diberlakukan Italia pekan lalu untuk memblokir pengiriman suntikan AstraZeneca ke Australia.  

"Tujuan kami: untuk mencegah perusahaan yang telah kami pesan dan dosis yang dibiayai sebelumnya dari mengekspor mereka ke negara maju lainnya ketika mereka belum mengirimkan kepada kami apa yang dijanjikan. Uni Eropa tidak pernah berhenti mengekspor," kata Michel merujuk peristiwa pekan lalu ketika Uni Eropa mendukung keputusan Italia untuk menghentikan pengiriman ke Australia.

Michel mengatakan Uni Eropa akan menjadi produsen vaksin terkemuka dunia dalam beberapa bulan mendatang. Wilayah ini pun dinilai paling siap untuk menyesuaikan keluaran vaksin dengan cepat terhadap mutasi virus. 

Inggris dengan cepat membalas komentar Michel yang mewakili 27 negara anggota Uni Eropa, mengatakan belum memblokir ekspor satu vaksin Covid-19. "Setiap referensi tentang larangan ekspor Inggris atau pembatasan apa pun pada vaksin sepenuhnya salah," kata juru bicara pemerintah Inggris.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, telah menulis kepada Michel untuk meluruskan pernyataan tersebut. Perwakilan dari delegasi Uni Eropa untuk Inggris telah dipanggil ke pertemuan di Kantor Luar Negeri.

"Pandemi ini merupakan tantangan global dan kolaborasi internasional dalam pengembangan vaksin terus menjadi bagian integral dari tanggapan kami," kata juru bicara pemerintah Inggris. 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement