Selasa 09 Mar 2021 12:17 WIB

Beratnya Peluang dan Tantangan Dunia Kerja Pascapandemi

Sebagian responden percaya kehidupan kerja akan berbeda setelah pandemi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah pegawai saat berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (10/6). Dunia pekerjaan akan terus berubah setelah adanya pandemi Covid-19. Hal ini diperkuat dengan sejumlah pernyataan yang dilakukan berbagai lembaga. Termasuk kelompok para akuntan profesional dalam Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pegawai saat berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (10/6). Dunia pekerjaan akan terus berubah setelah adanya pandemi Covid-19. Hal ini diperkuat dengan sejumlah pernyataan yang dilakukan berbagai lembaga. Termasuk kelompok para akuntan profesional dalam Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia pekerjaan akan terus berubah setelah adanya pandemi Covid-19. Hal ini diperkuat dengan sejumlah pernyataan yang dilakukan berbagai lembaga. Termasuk kelompok para akuntan profesional dalam Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan ASEAN Federation of Accountants (AFA).

ICAEW AFA mendiskusikan tentang tiga faktor yang terbukti berdampak positif pada dunia kerja selama pandemi. Di antaranya percepatan proses transformasi digital, jam kerja fleksibel, dan peningkatan kesempatan untuk bekerja dari jarak jauh atau remote working.

Direktur Regional ICAEW, Greater China dan Asia Tenggara, Mark Billington berbagi temuan dari survei ICAEW baru-baru ini yang berjudul  ICAEW Future of Work Report. Survei tersebut dilakukan kepada para chartered accountants di lebih dari 50 negara di seluruh dunia.

Survei menemukan bahwa hampir semua bisnis dan usaha menduga kehidupan kerja akan berbeda di masa depan, dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Dalam laporan ICAEW Future of Work Report, ICAEW menemukan ada tiga faktor teratas yang berdampak positif pada kehidupan kerja responden.

Di antaranya akselerasi dalam transformasi digital yang dikatakan 87 persen responden, jam kerja fleksibel (74 persen), dan peningkatan kerja jarak jauh (66 persen). Namun, responden juga menyoroti tantangan signifikan dalam menghadapi pengaturan kerja baru.

"Seperti kesulitan dalam melibatkan klien baru dan membangun hubungan (dikatakan oleh 61 persen responden), menjaga moral staf (57 persen) dan mempertahankan klien dan hubungan yang sudah ada (54 persen)," katanya dalam keterangan pers, Selasa (9/3).

Mark juga menyinggung adanya tantangan untuk menerima bakat baru, meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi kelelahan atau burn-out di antara karyawan, dan cara mempertahankan kontak dengan konsumen dan komunikasi yang kuat dengan para klien.

Bekerja secara jarak jauh memang telah membawa beberapa dampak positif. Seperti percepatan upaya digitalisasi organisasi dan pengaturan kerja yang fleksibel bagi karyawan mereka. Namun bisnis dan perusahaan perlu mempertimbangkan manfaat ini secara bersamaan dengan tantangan yang turut hadir dalam jangka panjang.

Terutama bagian interaksi tatap muka yang tetap memegang peranan penting. Hasil survei menggarisbawahi perlunya lebih banyak inisiatif dalam pendampingan, bimbingan dan pelatihan formal untuk talenta baru. Serta cara baru untuk terlibat secara virtual baik secara internal maupun eksternal.

"Pada akhirnya, penting untuk diingat bahwa organisasi adalah tentang manusia, dan kesuksesan serta kesejahteraan keduanya saling terkait erat," kata Mark.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement