Senin 08 Mar 2021 17:56 WIB

Bagaimana Seorang Muslim Sikapi Dosa Besar dan Dosa Kecil?

Syekh Ibnu Athaillah memberikan cara hadapi dosa besar dan dosa kecil

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Syekh Ibnu Athaillah memberikan cara hadapi dosa besar dan dosa kecil. Ilustrasi Istighfar (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Syekh Ibnu Athaillah memberikan cara hadapi dosa besar dan dosa kecil. Ilustrasi Istighfar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia kerap melakukan dosa kecil ataupun besar. Namun, Allah SWT selalu menerima tobat manusia yang sungguh-sungguh. 

Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam menjelaskan, bagaimana dosa kecil dan besar di hadapan keadilan dan karunia Allah SWT.

Baca Juga

 لَا صَغِيْرَةَ إِذَا قَابَلَكَ عَدْلُهُ وَلَا كَبِيْرَةَ إِذَا وَاجَهَكَ فَضْلُهُ "Tidak ada dosa kecil jika Allah menghadapi kamu dengan keadilan-Nya, dan dosa besar seperti tidak berarti jika Allah menghadapi kamu dengan karunia-Nya." 

Terjemah Al-Hikam karya Ustadz Bahreisy menambahkan penjelasan perkataan Syekh Ibnu Atha'illah tersebut. Dia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW bersabda: 

لَا كَبِيرَةَ مَعَ الِاسْتِغْفَارِ، وَلَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ "Tidak ada artinya dosa besar jika disertai dengan istighfar (memohon ampunan Allah), dan tidak dapat dianggap dosa kecil jika dikerjakan terus-menerus."

Yahya bin Mu'adz mengatakan, "Jika Allah menggunakan keadilan-Nya, tidak berarti segala amal kebaikan manusia. Bila Allah menghadapi dengan karunia-Nya, tidak ada artinya segala dosa."

Yahya bin Mu'aadz dalam doanya mengatakan, "Ya Allah, jika Engkau mengasihi aku, Engkau ampuni semua dosa aku. Tetapi jika Engkau murka kepada aku maka tidak Engkau terima amal baik yang aku lakukan." 

Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam juga menerangkan bagaimana cara menyikapi dosa besar.

"Suatu dosa besar jangan sampai menghalangi kamu dari berprasangka baik (husnuzan) kepada Allah. Sesungguhnya, siapa yang mengenal Allah, pasti akan menganggap dosanya tidak seberapa dibandingkan dengan keluasan kemurahan Allah." (Syekh Ibnu Atha'illah).

Ustadz Bahreisy menerangkan, merasa besar suatu dosa itu sikap yang baik, jika mendorong untuk berbuat tobat serta berniat tidak akan mengulanginya. 

Tapi jika merasa besarnya dosa itu membuat putus harapan terhadap rahmat dari Allah, merasa seolah-olah rahmat dan maaf dari Allah tidak akan dapat memaafkannya, perasaan semacam ini lebih berbahaya dari dosa yang telah dilakukannya. Sebab, putus harapan dari rahmat Allah adalah perbuatan yang termasuk dosa besar, itu seperti perasaan orang kafir.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement