Senin 08 Mar 2021 17:55 WIB

Dua Demonstran Myanmar Kembali Terbunuh

Saksi menyebut dua demonstran tewas di tempat usai ditembak di bagian kepala.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Pengunjuk rasa anti-kudeta melepaskan alat pemadam kebakaran untuk melawan dampak gas air mata yang ditembakkan oleh polisi selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar oleh pembunuhan tersebut. setidaknya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Foto: AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta melepaskan alat pemadam kebakaran untuk melawan dampak gas air mata yang ditembakkan oleh polisi selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar oleh pembunuhan tersebut. setidaknya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Dua pengunjuk rasa penentang kudeta Myanmar dilaporkan terbunuh akibat luka tembak di kepala, Senin (8/3) waktu setempat. Foto yang tersebar di Facebook menunjukkan dua jasad pria tergeletak di jalan kota utara Myitkyina.

Saksi mata warga mengatakan, korban turut serta dalam protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata. Beberapa pengunjuk rasa lainnya kemudian terkena tembakan dari gedung-gedung di dekatnya.

Baca Juga

Seorang saksi mata lain mengaku memindahkan satu jasad. Dia mengatakan, dua orang ditembak di kepala dan meninggal di tempat. Sedangkan tiga pengunjuk rasa lain terluka.

"Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata," kata saksi seorang pria berusia 20 tahun seperti dikutip laman Channel News Asia, Senin. "Kita harus memiliki hak untuk memprotes secara damai," ujarnya menambahkan.

Namun demikian, belum jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa meskipun polisi dan militer berada di tempat protes. PBB mencatat polisi dan militer telah menewaskan lebih dari 50 orang untuk memadamkan gelombang demonstrasi harian dan pemogokan terhadap kudeta 1 Februari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement