Senin 08 Mar 2021 14:02 WIB

Sri Mulyani Soroti Rendahnya Upah Kerja Bagi Perempuan

Perempuan sering mendapatkan upah yang lebih rendah ketimbang laki-laki.

Rep: Novita Intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Wanita Karier (ilustrasi)
Wanita Karier (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyoroti kesenjangan upah yang masih banyak terjadi di Indonesia bahkan level internasional. Hal yang sering terjadi perempuan sering mendapatkan upah yang lebih rendah ketimbang laki-laki, padahal porsi pekerjaan yang mereka lakukan sama.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan selama ini perusahaan-perusahaan bahkan sekelas global masih meng advocate gender equality secara tidak sadar.

Baca Juga

“Ini secara internasional juga sama, laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama, perempuan dibayar lebih rendah,” ujarnya saat acara Dialog Internasional Women and Girls : Game Changers in Development secara virtual seperti dikutip Senin (8/3).

Sri Mulyani menjelaskan kesenjangan upah terjadi karena beberapa faktor. Pertama, laki-laki dan perempuan dianggap berbeda karena konstruksi sosial yang terbentuk selama ini.

“Kedua kesenjangan upah juga terjadi karena memang budaya tersebut sudah terbentuk di perusahaan itu sendiri. Banyak perusahaan menganggap perempuan pantas mendapatkan diskon upah karena berbagai alasan misalnya karena kaum ini juga mendapatkan cuti hamil dan melahirkan,” ungkapnya.

Padahal menurutnya, negara sudah mengatur adanya kesetaraan upah dalam undang-undang tapi realita yang terjadi justru sebaliknya. Sri Mulyani menyebut hal ini akan terus-menerus terjadi jika tidak ada keberagaman pada jajaran pengambil kebijakan.

“Artinya, selama kursi-kursi pimpinan masih didominasi laki-laki, kesenjangan upah di perusahaan atau lembaga mana pun masih akan terjadi. Selama ini karena diversity di decision making-nya tidak ada. Jika masih didominasi laki-laki walaupun ada undang-undangnya, di dalam implementasi itu bias gender akan muncul,” ucapnya.

Bahkan menurut Sri Mulyani, sikap gender neutral saja tidak akan cukup. Setidaknya harus ada sikap keberpihakan kepada perempuan untuk menghapus kesenjangan upah.

“Kita harus a little bit bias dengan afirmatif kepada perempuan karena kalau gender neutral itu mengoreksi tapi tidak mencukupi. Hal ini yang jadi tantangan,” ucapnya.

Maka itu, Sri Mulyani berpesan kepada perempuan agar dalam setiap level dan peranan yang dimiliki, bisa menunjukkan keberagaman baik dalam cara melihat suatu masalah terlebih dalam, melihat keadilan, dan kepekaan terhadap gender isu.

“Implementasi ini butuh peran kita semua untuk menciptakan perubahan yang memang harus dijaga elemen masyarakat dan stakeholder,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement