Senin 08 Mar 2021 12:26 WIB

Australia Tangguhkan Kerja Sama Pertahanan dengan Myanmar

Australia akan mengarahkan bantuan langsung ke komunitas-komunitas di Myanmar.

 Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan saat mereka berkumpul di jalan selama protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 05 Maret 2021. Protes anti-kudeta terus berlanjut pada 05 Maret meskipun tindakan keras terhadap demonstran semakin meningkat oleh pasukan keamanan. Lebih dari 50 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan, sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021.
Foto: EPA-EFE/KAUNG ZAW HEIN
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan saat mereka berkumpul di jalan selama protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 05 Maret 2021. Protes anti-kudeta terus berlanjut pada 05 Maret meskipun tindakan keras terhadap demonstran semakin meningkat oleh pasukan keamanan. Lebih dari 50 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan, sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY  -- Australia telah menangguhkan program kerja sama pertahanan dengan Myanmar. Demikian disampaikan  Menteri Luar Negeri Marise Payne menyusul tindakan keras yang intensif oleh militer Myanmar terhadap aksi protes besar-besaran menolak kudeta.

"Australia juga akan mengarahkan langsung bantuan kemanusiaan segera kepada komunitas Rohingya dan etnis minoritas lainnya," kata Payne dalam sebuah pernyataan pada Ahd malam."Kami akan memprioritaskan bantuan kemanusiaan dan yang paling mendesak dan berusaha memastikan keterlibatan bantuan kemanusiaan kami dengan dan melalui organisasi non-pemerintah, bukan dengan pemerintah atau entitas terkait pemerintah," kata Payne.

Baca Juga

Selama ini hubungan kerja sama pertahanan bilateral Australia dengan militer Myanmar dibatasi pada area non-pertempuran seperti pelatihan bahasa Inggris.Canberra juga akan terus menuntut pembebasan segera Sean Turnell, yakni seorang ekonom dan penasihat pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.

Turnell telah ditahan dengan pemberian akses konsuler terbatas sejak peristiwa kudeta militer pada 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih Myanmar.

Sementara itu, Ratusan orang berkumpul di kota terbesar di Australia, Sydney, selama akhir pekan untuk mendesak pemerintah Australia mengambil sikap tegas terhadap kudeta militer Myanmar tersebut. Negara Asia Tenggara itu telah jatuh dalam kekacauan setelah tentara mengambil alih kendali pemerintahan Myanmar dan menahan para pemimpin terpilih, yang disusul dengan aksi protes harian yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menewaskan lebih dari 50 orang."Kami terus mendesak pasukan keamanan Myanmar untuk menahan diri dan menarik diri dari kekerasan terhadap warga sipil," kata Payne.

Berbagai serikat pekerja utama di Myanmar telah meminta para anggotanya untuk menutup kegiatan ekonomi mulai Senin saat negara itu pada AAhad (7/3) mengalami salah satu hari protes terbesar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement