Senin 08 Mar 2021 11:01 WIB

‘Mas Menteri, Kembalilah ke Jalan yang Benar...’

Peniadaan kata ‘agama’ itu sama halnya dengan hilangnya kepercayaan negara pada agama

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Afrizal Sinaro
Foto:

Ketua Umum Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Mahnan Marbawi juga menanggapi hilangnya frasa agama dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 yang dirumuskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mahnan mengatakan, peta jalan pendidikan tanpa frasa agama tidak akan melahirkan manusia yang mampu melakukan apropriasi diri, yakni mengintegrasikan pengetahuan bagi perkembangan sosial.

Padahal, tantangan pada masa depan, mulai dari disrupsi teknologi, perubahan sosial-budaya, hingga perubahan iklim, akan melahirkan disrupsi budaya, agama tanpa makna, dan perubahan interaksi sosial. "(Karena itu) Pendidikan harus dibangun di atas pondasi agama dan kemanusiaan. Bukan untuk mengejar hedonisme, individualistik, dan matrialistik,” kata Mahnan dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/3).

Dia mengatakan, di tengah tantangan saat ini, orientasi masyarakat akan lebih banyak kepada pemenuhan indrawi dan materialistik. Karena itu, pendidikan jangan sekedar melahirkan manusia yang mampu beradabtasi dan berkolaborasi dalam memenuhi capaian-capaian kesuksesan.

Selain itu, pendidikan jangan hanya menjadi pemenuhan dahaga penyakit diploma. Itu yang menjadi tujuan peta jalan pendidikan.

"Pendidikan seharusnya melahirkan manusia yang mampu bertindak secara benar, agar dapat belajar (ethical self-appropriation)," katanya. 

Sebab, dia mengatakan, pendidikan yang seperti ini akan melahirkan manusia yang mampu bertanggungjawab sebagaimana hakekat martabat manusia. Dia mengatakan, tanggung jawab itu ditujukan tidak saja pada egoisme pribadi untuk mencapai kesuksesan materi dan mengejar hedonisme, melainkan sekaligus tanggung jawab kepada sesama, lingkungan, dan alam semesta dan Tuhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement