Ahad 07 Mar 2021 16:45 WIB

Ini Penyebab Daya Saing Produk Lokal Rendah

Masyarakat memilih produk asing karena pertimbangan harga.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menyelesaikan pembuatan furnitur di rumah produksi Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (28/2). Daya saing produk lokal yang rendah disebut menjadi penyebab masyarakat lebih menyukai produk asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menyelesaikan pembuatan furnitur di rumah produksi Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (28/2). Daya saing produk lokal yang rendah disebut menjadi penyebab masyarakat lebih menyukai produk asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daya saing produk lokal yang rendah disebut menjadi penyebab masyarakat lebih menyukai produk asing. Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan daya saing produk lokal rendah terutama karena masalah logistik dan rantai pasok. 

"Masalah logistik pelaku UMKM terjadi pada tahapan pengadaan dan penyimpanan bahan baku, serta distribusi produk jadi," kata Setijadi melalui keterangan resminya, Ahad (7/3). 

Baca Juga

Menurut Setijadi, permasalahan itu sangat terkait dengan skala ekonomi. Skala produksi yang kecil mengakibatkan volume pengadaan bahan baku dan pengiriman produk jadi juga kecil, sehingga biaya lebih mahal dan menurunkan daya saing.

Setijadi mengatakan para pelaku di suatu sentra UMKM perlu berkolaborasi. Selain itu, penyedia jasa logistik perlu berperan menjadi konsolidator untuk meningkatkan skala ekonomi dan mengefisienkan proses penanganan logistiknya.

Setijadi menjelaskan rantai pasok beberapa komoditas yang panjang harus diperpendek. Selain itu, perlu pengendalian untuk mencegah aksi pelaku tertentu dalam rantai pasok yang mengambil keuntungan secara tidak proporsional.

Pembenahan rantai pasok harus dilakukan secara end-to-end karena daya saing ditentukan oleh efisiensi seluruh pelaku dalam rantai pasok. Pelaku UMKM produsen makanan, misalnya, bisa terkendala mendapatkan bahan baku murah karena tingkat kerusakan komoditasnya yang tinggi sepanjang tahapan rantai pasok.  

SCI memperkirakan food losses and waste untuk buah dan sayuran di Indonesia pada tahapan pasca panen sekitar 10 persen dan distribusi sekitar 7,5 persen. Secara keseluruhan food losses and waste bisa mencapai 50 persen yang sebagian besar terjadi pada tahap produksi dan pengolahan.

"Food losses and waste itu akan diperhitungkan sebagai biaya sehingga menurunkan daya saing produk," terang Setijadi.

Selain itu, alasan lainnya masyarakat lebih memilih produk asing adalah pertimbangan harga. Dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik, sejumlah produk asing lebih murah dari pada produk lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement