Ahad 07 Mar 2021 11:47 WIB

Pasukan Junta Gerebek Demonstran pada Malam Hari

Tentara juga mencari pengacara yang berkerja untuk partai NLD pimpinan Suu Kyi

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Pengunjuk rasa anti-kudeta berlindung di balik perisai darurat selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar dengan pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Foto: AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta berlindung di balik perisai darurat selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar dengan pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID,YANGON--Pasukan Keamanan Myanmar melepaskan tembakan dalam penggerebekan malam hari yang mereka lakukan di Yangon. Penyergapan ini dilakukan usai polisi kembali membubarkan unjuk rasa damai dengan gas air mata dan granat kejut.

Ahad (7/3) dini hari, warga mengatakan, tentara dan polisi bergerak ke sejumlah distrik Kota Yangon dan melepaskan tembakan. Menurut warga, pasukan keamanan setidaknya menangkap tiga orang di Kyauktada Township. Warga tidak mengetahui alasan penangkapan.

"Mereka meminta saya membawa keluar ayah dan saudara laki-laki saya, tidak ada yang akan membantu kami? Jangan kalian sentuh ayah dan saudara saya, bawa kami juga bila kalian ingin membawa mereka," kata seorang perempuan saat petugas keamanan membawa seorang aktor dan putranya.

Anggota parlemen, Sithu Maung mengunggah di Facebook, tentara juga mencari pengacara yang berkerja untuk partai National League for Democracy (NDL) yang dipimpin Aung San Suu Kyi. Meski demikian, mereka gagal menemukan pengacara tersebut.

Kepolisian tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Juru bicara junta militer juga tidak merespon permintaan komentar.

Sejak  militer menggulingkan dan menahan pemimpin pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu Myanmar diguncang gejolak politik. Unjuk rasa dan gerakan kampanye mogok massal mencekik perdagangan dan melumpuhkan pemerintahan.

Usai media setempat melaporkan polisi menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk membubar unjuk rasa di Yangon pada Sabtu (6/3) kemarin. Warga berencana menggelar demonstrasi yang lebih besar lagi pada Ahad ini.

Kelompok penyelenggara unjuk rasa General Strike Committee of Nationalities mengatakan mereka akan menggelar unjuk rasa di Yangon, Mandalay dan Monywa. PBB melaporkan sudah sekitar 50 orang tewas dalam unjuk rasa di kota-kota tersebut. 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement