Sabtu 06 Mar 2021 22:59 WIB

KKP Prioritaskan Udang dan Lobster Jadi Andalan Ekspor

KKP menyebut nilai ekspor udang peringkat kedua terbesar di dunia

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nelayan memasang bubu udang di perairan Desa Mangunan, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (5/9/2020). Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong balai-balai di Indonesia untuk memproduksi induk udang unggul guna mencapai target ekspor udang nasional hingga 250 persen pada tahun 2024.
Foto: ANTARA/Saiful Bahri
Nelayan memasang bubu udang di perairan Desa Mangunan, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (5/9/2020). Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong balai-balai di Indonesia untuk memproduksi induk udang unggul guna mencapai target ekspor udang nasional hingga 250 persen pada tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memprioritaskan komoditas udang, lobster, dan rumput laut untuk menjadi komoditas andalan di pasar global. Ketiga komoditas itu saat ini sudah memiliki nilai perdagangan yang cukup besar di pasar internasional.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja, mengatakan, pada 2019 nilai pasar udang 24,5 miliar dolar AS atau menduduki peringkat kedua terbesar di dunia. Selanjutnya lobster memiliki nilai perdagangan 4,9 miliar dolar AS dan menduduki peringkat ketujuh di dunia. Adapun rumput laut nilai perdagangannya mencapai 2,6 miliar dolar AS dengan peringkat kesebelas.  

Indonesia, kata Sjarief, memiliki tiga sumber daya dari komoditas tersebut sehingga harus meningkatkan peran dalam perdagangan global.

Ia menyampaikan, khusus komoditas udang, nilai ekspor udang dari Indonesia pada 2020 lalu baru menyentuh nilai 2 miliar dolar AS dengan volume ekspor 239 ribu ton. Peningkatan produksi menjadi langkah awal untuk bisa meningkatkan ekspor.

"Target produksi kita naik 2 juta ton tahun 2024. Kita pilih tambak-tambak yang menganggur dan kita jadikan tambak estate. Kita siapkan irigasi, tandon, sumber air, dan benih unggul. Swasta bisa masuk sebagai pengelolanya," kata Sjarief dalam Rapat Kerja Hipmi, Jumat (6/3).  

Menurut dia, dengan upaya tambak estate itu, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 40 ton per hektare (ha) hingga 80 ton per ha. "Sembari itu kita tingkatkan peran di internasional untuk negosiasi bea masuk supaya bisa diturunkan agar lebih kompetitif," katanya.

Adapun untuk komoditas lobster, Sjarief mengatakan, nilai ekspor lobster dari Indonesia tahun 2020 sebesar 75,2 miliar dolar AS dengan volume 2.022 ton. Saat ini, eksportir terbesar lobster di dunia dipegang oleh Vietnam. Adapun kebutuhan lobster dunia per tahun saat ini sekitar 51 ribu ton.

Sjarief menilai kondisi itu harus bisa dibenahi karena benih lobster hanya ada di Indonesia. Namun mirisnya, Indonesia bukan menjadi ekspotir terbesar lobster di dunia.

"Tahun 2024 kita targetkan produksi 22 ribu ton jadi segmentasi pasar (dunia) bisa 50 persen," kata dia.

Terakhir untuk komoditas rumput laut, Sjarief mengatakan, nilai ekspor rumput laut Indonesia tahun lalu sebesar 279 miliar dolar AS dengan volume 195,5 ribu ton. Sjarief mengatakan, pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia saat ini sudah mencapai 25 persen.

Namun, hal itu belum dapat dibanggakan karena Indonesia merupakan importir terbesar karaginan yang merupakan produk turunan dari rumput laut. "Rumput laut nori itu dari Jepang. Jadi kita ekspor rumput laut ke Jepang lalu kita impor nori. Kenapa kita tidak bikin sendiri?" katanya.

Tahun 2024 mendatang, KKP menargetkan bisa mengekspor bahan baku rumput laut mentah sebanyak 5,1 juta ton dan 327 produk olahan rumput laut. Untuk bisa mencapai target itu, produksi dalam negeri harus bisa dinaikkan menjadi 12,4 juta ton per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement