Ahad 07 Mar 2021 04:35 WIB

Melihat Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki dalam Islam

Kesetaraan bukanlah tentang kesamaan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Melihat Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki dalam Islam
Foto: dok. Republika
Melihat Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki dalam Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama. Sama-sama makhluk Allah, sama-sama menyembah Allah, dan pahala mereka sesuai dengan ujian dan perbuatan mereka.

Allah berfirman: "Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan (berbuat) apa yang benar dan melarang apa yang salah dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan mendapatkan rahmat Allah. Sungguh, Allah Ta'ala Mahaperkasa dan Mahabijaksana,” // (QS. At-Taubah ayat 71)

Baca Juga

Allah SWT juga berfirman:"Barangsiapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki atau perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka akan masuk kedalam surga dan mereka tidak akan dianiaya walau sedikitpun," (QS. Annisa ayat 124) 

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Memang wanita adalah rekan pria.” (Sunan Abi Dawud)

Dan Allah dengan sangat lantang menyebut perempuan dan perbuatan bajik mereka sama di hadapan Allah dengan laki-laki, seperti disebutkan dalam ayat Alquran:

"Sungguh, pria dan wanita Muslim, pria beriman dan wanita beriman, pria yang taat dan wanita yang taat, pria dan wanita yang jujur, pria yang sabar dan wanita yang sabar, pria yang rendah hati dan wanita yang rendah hati, pria yang dermawan dan yang dermawan.  wanita, pria puasa dan wanita puasa, pria yang menjaga bagian pribadi mereka dan wanita yang melakukannya, dan pria yang sering mengingat Allah dan wanita yang melakukannya - untuk mereka Allah telah menyiapkan pengampunan dan pahala yang besar." (Al-Quran 33: 35)

"Jadi, tidak, wanita tidak inferior (rendah) di sisi Allah, dan persepsi ini tidak sesuai dengan Allah, Yang Mahaadil, Bijaksana, Mahapenyayang," kata Dina Mohamed Basiony, seorang penulis yang tinggal di Kairo, Mesir.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement