Sabtu 06 Mar 2021 18:57 WIB

179 PMI non Prosedural Pulang ke Surabaya

Di antara pekerja yang sudah mendaftar pulang ada juga yang meninggal dunia.

Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) berbaris untuk menjalani pendataan.
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) berbaris untuk menjalani pendataan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 179 Pekerja Migran Indonesia (PMI) non prosedural--peserta pemulangan program rekalibrasi Departemen Imigrasi Malaysia (JIM)--pulang ke Surabaya dengan menggunakan pesawat carter Malindo Air OD 355, Sabtu (6/3). Pemulangan kali ini carter yang ke empat kali yang dilaksanakan oleh AOMI. 

"Hari ini penuh sesuai dengan kapasitas pesawat," ujar salah satu Presidium Aliansi Organisasi Masyarakat Indonesia (AOMI) di Malaysia, Khairul Hamzah ketika ditemui di Bandar Udara KLIA, Sabtu (6/3).

Pengurus Badan Perwakilan KNPI Malaysia tersebut mengatakan, para pekerja yang ikut program pemulangan kali ini beberapa di antaranya ada yang sakit dan hamil. "Proses pemulangan para pekerja tujuan Surabaya, Provinsi Jawa Timur ini didampingi 13 ormas anggota AOMI. Paling banyak para pekerja pendaftar dari KNPI, Himaka dan Ikatan Keluarga Madura di Malaysia (IKMA)," katanya.

Dia mengatakan, di antara pekerja yang sudah mendaftar pulang ada juga yang meninggal dunia. Sedangkan pada penerbangan sebelumnya meninggal setelah tiba di Tanah Air.

"Untuk penerbangan kali ini ada satu yang batal karena positif Covid-19. Bagi mereka yang diketahui positif dan sudah bayar kami kembalikan biayanya seratus persen," katanya.

Khairul Hamzah mengatakan, untuk proses pemulangan saat ini menggunakan Malindo dengan pertimbangan lebih mudah karena kantornya berada di Kuala Lumpur. "Saat penerbangan perdana dengan Citilink pelayanan juga bagus dan tidak ada kendala. Sayangnya mereka tidak mempunyai kantor di Kuala Lumpur. Kami menggunakan dolar yang harus ditransfer sehingga agak terkendala," katanya.

Hamzah mengatakan, selama proses pendampingan pemulangan PMI yang sering menjadi masalah adalah data tidak lengkap. Kemudian sering terjadi perubahan penumpang menjelang pemulangan dan penanganan pekerja yang sakit.

"Kami seringkali tidak tahu sakitnya. Begitu tiba di KLIA tidak ada yang membantu mendorong di kursi roda, terpaksa kami mencari anak-anak muda yang kuat. Semestinya kalau penumpang sakit harus ada yang mendampingi," katanya.

Hamzah mengatakan, rencananya sepekan sekali akan ada pemulangan PMI ke Tanah Air bahkan bisa lebih lagi. "Bulan Maret dan April kami prediksikan saat puncak karena teman-teman PMI ingin pulang saat puasa dan lebaran di kampung," katanya.

Turut hadir di Bandara KLIA Dubes RI di Kuala Lumpur, Hermono, Wakil Dubes, Agung Cahaya Sumirat, Koordinator Fungsi Konsuler, Rijal Alhuda dan Koordinator Fungsi Pensosbud, Yoshi Iskandar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement