Sabtu 06 Mar 2021 12:28 WIB

Bulog Dapat Tugas Impor Beras 1 Juta Ton Tahun Ini

Impor tersebut diklaim akan digunakan sebagai stok cadangan beras.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Agus Yulianto
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kedua kanan) bersama Wakil Direktur Utama Perum Bulog Gatot Trihargo (kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (kedua kanan) bersama Wakil Direktur Utama Perum Bulog Gatot Trihargo (kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (21/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini. Impor tersebut diklaim akan digunakan sebagai stok cadangan beras dan dipastikan tidak akan menganggu proses penyerapan gabah oleh Bulog kepada para petani.

"Seandainya stok beras kita kurang maka kita bisa dengan utusan dari Mendag (Menteri Perdagangan) kemarin ada rakortas (rapat koordinasi terbatas) rencana akan impor beras dari luar sekitar 1 juta ton," kata Wakil Direktur Utama Bulog, Gatot Trihargo, Jumat (5/3).

Gatot menuturkan, volume impor itu terdiri dari 500 ribu ton beras untuk cadangan beras pemerintah dan 500 ribu ton beras untuk keperluan beras komersial Bulog yang diperdagangkan secara bebas.

photo
Ilustrasi Beras Impor - (Foto : MgRol111)

Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, menjelaskan, memang benar bahwa berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Terbatas level Kementerian Koordinator Perekonomian, Bulog mendapat penugasan untuk melakukan impor beras.

Meski demikian, ia memastikan Bulog akan tetap mempertimbangkan masa panen dan jumlah stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersimpan di gudang-gudang Bulog.

Selain itu, Awaluddin menambahkan, sejumlah kondisi lain di lapangan juga akan menjadi pertimbangan dalam merealisasikan penugasan tersebut.

"Di beberapa wilayah saat ini sudah mulai panen dan diperkirakan mencapai puncak panen raya pada April sehingga Bulog dapat menyerap hasil panen petani dalam jumlah yang besar," katanya kepada Republika.co.id, Sabtu (6/3).

Kondisi lain yang menjadi pertimbangan yakni mengenai pergerakan harga. Ia mengatakan, hingga saat ini harga beras masih cenderung stabil baik di level hulu maupun hilir atau konsumen.

Rencana impor beras awalnya terungkap dalam paparan Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, Kamis (4/3).

Dalam materi paparannya disebutkan, dalam menjaga ketersediaan stok beras sebesar 1-1,5 juta ton di Bulog, setelah adanya Bansos Beras PPKM, antisipasi dampak banjir dan pandemi, maka terdapat sejumlah upaya dalam kebijakan penyediaan beras.

Pertama, impor 500 ribu ton untuk CBP dan 500 ribu ton sesuai kebutuhan Bulog. Kedua, penyerapan gabah oleh Bulog dengan target setara beras sebanyak 900 ribu ton saat panen raya Maret-Mei 2021 dan 500 ribu ton saat panen Juni-September 2021.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menekankan, kebijakan impor beras oleh Bulog untuk iron stock atau stok cadangan. "Iron stock itu barang memang selalu ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan. Dia mesti memastikan barang itu selalu ada. Jadi tidak bisa dipengaruhi oleh panen atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock," ujarnya.

Lutfi menambahkan, kebijakan tersebut sudah disepakati bersama. "Sudah kita perintahkan waktunya, tempat, dan harga itu ada di tangan saya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement