Jumat 05 Mar 2021 08:33 WIB

Israel Matangkan Rencana untuk Serang Iran

Iran memulai kembali program pengembangan nuklirnya dalam beberapa bulan terakhir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Israel Matangkan Rencana untuk Serang Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP/Reuven Castro/Walla Pool
Israel Matangkan Rencana untuk Serang Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan negaranya terus memperbarui rencana serangan militer prospektif ke situs nuklir Iran. Dia menyebut rencana tersebut tidak akan selesai hingga sesaat sebelum serangan dilakukan.

“Sampai saat itu, kami akan terus membangun (rencananya), untuk meningkatkannya ke level profesional setinggi mungkin,” kata Gantz dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Kamis (4/3).

Baca Juga

Dia mengungkapkan jika dunia berhasil menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir, hal itu sangat bagus. "Tapi kalau tidak, kami harus berdiri sendiri dan kami harus membela diri sendiri," ujarnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun telah menyatakan dia akan melakukan apa pun untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir. "Saya akan melakukan segala daya saya untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir, dan sejauh ini, kami berhasil," kata Netanyahu pada Kamis.

Pada 26 Januari lalu, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi mengatakan negaranya sedang menyiapkan rencana menyerang Iran. Dia menyebut hal itu karena Iran memulai kembali program pengembangan nuklirnya dalam beberapa bulan terakhir.

“Berdasarkan analisis fundamental ini, saya telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel menyiapkan sejumlah rencana operasional, selain yang sudah ada,” ujarnya.

Kohavi menyadari penerapan rencana serangan terhadap Iran akan bergantung pada keputusan para pemimpin politik. "Tapi rencana ini harus dibahas," katanya.

Dia pun mengomentari rencana pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden yang hendak bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran (JCPOA). "Kembali ke perjanjian nuklir 2015, atau bahkan jika itu adalah kesepakatan serupa dengan beberapa perbaikan adalah buruk dan salah dari sudut pandang operasional serta strategis," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement