Kamis 04 Mar 2021 22:11 WIB

Pesantren Daqu Gunung Kidul Beli GeNose

Alat buatan UGM yang telah mendapatkan izin edar itu dibeli seharga Rp 70 Juta

Tenaga kesehatan melakukan pengujian Covid-19 dengan GeNose C19 di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Yogyakarta, Selasa (23/2). Setiap hari sekitar 50 warga memanfaatkan layanan tes Covid-19 ini. Biaya yang dibebankan sebesar Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu untuk sekali pengujian. Namun, layanan ini hanya dibuka hingga pukul 12.00 WIB.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tenaga kesehatan melakukan pengujian Covid-19 dengan GeNose C19 di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Yogyakarta, Selasa (23/2). Setiap hari sekitar 50 warga memanfaatkan layanan tes Covid-19 ini. Biaya yang dibebankan sebesar Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu untuk sekali pengujian. Namun, layanan ini hanya dibuka hingga pukul 12.00 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pondok Pesantren Darul Quran di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membeli alat pendeteksi Covid-19, yakni GeNose buatan Universitas Gajah Mada (UGM).

Pembelian GeNose dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren. Ketua Satgas Pondok Pesantren Darul Quran, Muhammad Akhyar di Gunung Kidul, Kamis (4/3), mengatakan belum lama ini pihak pesantren membeli GeNose untuk melalukan screening di lingkup pesantren."Alat tersebut untuk memastikan kondisi kesehatan santri dan guru di lingkup pondok pesantren, apakah santri bebas dari Covid-19 atau justru terpapar virus ini," kata Akhyar.

Ia mengakui mobilisasi atau keluar masuknya santri sangat tingggi karena mereka ada yang berasal dari luar Gunung Kidul. Terkadang, wali murid santri berkunjung ke pondok pesantren. Jadi alat GeNose sangat dibutuhkan di Pondok Pesantreen Darul Quran."Wali murid yang berkunjung ke ponpes juga kami cek menggunakan alat itu. Ini sebagai antisipasi resiko tertinggi akan penyebaran Covid-19," kata dia.

Alat buatan UGM yang telah mendapatkan izin edar tersebut dibeli dengan harga sekitar Rp70 juta melalui lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Ponpes NU. Pihaknya mendapat satu paket berupa satu unit alat GeNose, kantong atau hepa filter."Per hari 100 orang yang kami cek. Jadi untuk internal ponpes sendiri sudah dicek, hasilnya semua baik," kata dia.

Idealnya, dia menjelaskan, seseorang melakukan pengecekan sebanyak dua kali yaitu selang dua hari setelah pengecekan pertama kemudian dilakukan pengecekan ulang. Dia mengungkapkan, alat ini sangat mudah dimanfaatkan. Hanya dua menit setelah penggunaan hasil tes sudah keluar.

Selain santri dan guru, alat ini juga digunakan untuk mengecek tamu atau wali murid yang berkunjung ke pondok pesantren. Dengan begitu akan lebih pasti bagaimana kondisinya."Ke depan bagi warga sekitar yang ingin mengecek juga bisa tapi sekarang masih fokus di internal saja," kata dia.

Terpisah, Kepala Kemenag Gunung Kidul Arief Gunadi mengatakan GeNose merupakan alternatif untuk screening awal bagi lingkup pondok pesantren dan lainnya. Namun demikian, alat ini harganya sangat mahal."Ada satu ponpes yang membeli alat tersebut, kalau yang lainnya memang belum," kata Arief.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement