Kamis 04 Mar 2021 16:10 WIB

Hobi Jalan Kaki Bisa Prediksi Penurunan Kognitif Pada Lansia

Studi berusaha mencermati gangguan langkah saat jalan kaki dan fungsi motorik

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pria lanjut usia sedang berolahraga. Mencermati kebiasaan berjalan kaki pada kalangan lanjut usia (lansia) bisa membantu memprediksi jenis penurunan kognitif yang dialami.
Foto: sci.news.com/Michael de Groot
Pria lanjut usia sedang berolahraga. Mencermati kebiasaan berjalan kaki pada kalangan lanjut usia (lansia) bisa membantu memprediksi jenis penurunan kognitif yang dialami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencermati kebiasaan berjalan kaki pada kalangan lanjut usia (lansia) bisa membantu memprediksi jenis penurunan kognitif yang dialami. Temuan itu hadir dalam studi yang dipublikasikan Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association.

Penelitian digagas oleh tim gabungan dari Lawson Health Research Institute, Inggris, dan Western University, Kanada. Kinerja motorik, khususnya cara seseorang berjalan, dapat membantu mendiagnosis berbagai jenis kondisi neurodegeneratif.

Salah satu penulis studi, Manuel Montero-Odasso, menjelaskan bahwa studi mencermati gangguan langkah pada peserta. Itu dikaitkan dengan berbagai gangguan kognitif, seperti Parkinson, Alzheimer, demensia frontotemporal, dan lain-lain. 

"Ini adalah bukti kuat pertama yang menunjukkan bahwa variabilitas gaya berjalan merupakan penanda penting untuk proses yang terjadi di area otak yang terkait dengan gangguan kognitif dan kontrol motorik," kata ilmuwan dari Lawson itu.

Menurut studi, variabilitas gaya berjalan yang tinggi menjadi penanda disfungsi kognitif-kortikal. Ketika itu terjadi, kemampuan lansia untuk melakukan banyak tugas pada waktu yang bersamaan akan terpengaruh.

Misalnya, berbicara sambil berjalan, atau memotong sayuran sembari berbincang dengan anggota keluarga. Montero-Odasso bersama timnya menyimpulkan, variabilitas gaya berjalan mirip dengan aritmia alias gangguan irama jantung.

Tim merekomendasikan penyedia layanan kesehatan melakukan pengukuran variabilitas gaya berjalan pada pasien. Hal itu serupa dengan bagaimana mendeteksi irama jantung dengan elektrokardiogram, dikutip dari laman Pharmacy Times, Kamis (4/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement