Rabu 03 Mar 2021 21:17 WIB

Muslim Inggris tak Nyaman dengan Kebiasaan di Tempat Kerja

Dewan Muslim Inggris menerbitkan laporan untuk mendorong tempat kerja inklusif.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Inggris tak Nyaman dengan Kebiasaan di Tempat Kerja. Muslim Inggris (Ilustrasi)
Foto: James Farrar
Muslim Inggris tak Nyaman dengan Kebiasaan di Tempat Kerja. Muslim Inggris (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dewan Muslim Inggris dalam laporannya mengatakan, pengusaha dan pekerja harus menyadari jabat tangan, kontak mata langsung, dan sosialisasi di tempat seperti pub mungkin dapat membuat canggung orang-orang yang beragama Islam. 

Organisasi tersebut, sebuah kelompok payung yang mewakili lebih dari 500 badan Muslim di Inggris, merekomendasikan tempat kerja yang ingin mengembangkan lingkungan inklusif. Termasuk dalam saran ini adalah mempertimbangkan perbedaan budaya.

Baca Juga

Laporan yang membahas tentang Islamofobia tersebut menyarankan perusahaan menawarkan berbagai kegiatan sosial dan pembangunan tim, sehingga karyawan Muslim dapat mengambil bagian. Hasilnya, peluang membangun hubungan antara pekerja dari berbagai latar belakang meningkat.

Pengusaha dan pekerja juga harus menyadari perbedaan budaya seputar berjabat tangan, di mana tidak ada sentuhan tangan dan kontak mata yang dihindari secara langsung. Bagi banyak komunitas Muslim, hal ini perlu diperhatikan dan menjadi salah satu cara yang dianggap menghormati.

 

Laporan tersebut mendesak pengusaha mempertimbangkan bagaimana cara berpakaian dan seragam dapat memasukkan jilbab. Perlu juga ada aturan untuk waktu yang dapat memungkinkan pekerja Muslim melaksanakan sholat Jumat.

Laporan menyarankan perusahaan melihat apakah ada makanan halal dan hidangan vegetarian tersedia di kantin atau tempat makan di sekitar lokasi bekerja. Selain itu, akomodasi permintaan cuti untuk Hari Raya seperti Idul Fitri, hingga adaptasi sederhana untuk hari kerja, seperti mengubah waktu rapat atau bekerja saat istirahat yang dapat membantu pekerja Muslim selama Ramadhan, juga diminua untuk diperhatikan. 

Di antara rekomendasi lain dalam laporan setebal 150 halaman itu adalah pelajaran khusus di sekolah tentang islamofobia dan perekrutan guru dari kelompok minoritas, termasuk Muslim. Mengutip jajak pendapat pada 2015 yang menunjukkan 31 persen anak muda setuju dengan pernyataan Muslim mengambil alih Inggris, disebutkan wacana islamofobia tampaknya telah menjadi normal di dalam pikiran pelajar Inggris. 

Universitas diminta mendorong permintaan umat Muslim dan menumbuhkan budaya inklusivitas dengan, misalnya, menyediakan ruang sholat. Pekerja Muslim harus didorong untuk bergabung dengan serikat pekerja dan melaporkan kasus islamofobia.

“Rekomendasi dalam laporan kami harus digunakan sebagai prinsip panduan oleh mereka yang ingin mengambil langkah praktis dan bermakna untuk mengatasi islamofobia dan membuat masyarakat nyaman bagi mereka dari semua agama,” ujar pernyataan dari juru bicara Dewan Muslim Inggris, seperti dilansir The Guardian, Rabu (3/3). 

Dewan Muslim Inggris mengatakan, dibandingkan aturan yang harus diikuti secara dogmatis, saran yang diberikan oleh organisasi itu adalah mendorong refleksi konstruktif tentang keragaman pengalaman Muslim. Laporan tersebut mendukung definisi islamofobia yang dibuat oleh kelompok parlementer partai tentang Muslim Inggris pada 2018.

Definisi tersebut mengatakan: "Islamofobia berakar pada rasisme dan merupakan jenis rasisme yang menargetkan ekspresi Muslim atau anggapan Muslim."

Kesimpulan laporan menyebutkan, mengingat pendekatan yang diambil terhadap rasialisme oleh Pemerintah Inggris saat ini, Dewan Muslim Inggris mengatakan tidak mungkin melihat banyak tindakan yang diambil untuk mengatasi islamofobia tanpa tekanan rakyat.

Dewan Muslim Inggris sebelumnya melaporkan partai Konservatif ke Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia pada 2019. Setahun kemudian menyerahkan berkas lebih lanjut tentang kasus islamofobia di dalam partai tersebut.

 

https://www.theguardian.com/world/2021/mar/02/workplace-habits-may-make-muslim-colleagues-uncomfortable-says-report

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement