Rabu 03 Mar 2021 16:42 WIB

Tips Kembali Berolah Raga Bagi Penyintas Covid-19

Penyintas Covid-19 disarankan memulai dengan latihan intensitas rendah

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Gym (ilustrasi). Penyintas Covid-19 disarankan memulai dengan latihan intensitas rendah
Foto: www.freepik.com
Gym (ilustrasi). Penyintas Covid-19 disarankan memulai dengan latihan intensitas rendah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Masalah jantung dapat memengaruhi mereka yang kembali berolah raga setelah terkena Covid-19. Para penyintas Covid-19 disebut mengalami sesak nafas dan keletihan ketika ingin kembali ke rutinitas olah raganya.

Dokter Sports Medicine Institute di New York City sudah menerbitkan panduan tentang bagaimana penyintas Covid-19 dapat mulai berolah raga dengan aman lagi pada Agustus lalu. Penyintas Covid-19 disarankan memulai dengan latihan intensitas rendah dan memperhatikan seberapa banyak mereka makan dan minum.

Baca Juga

Kepala kedokteran olah raga non-operasi di Rothman Orthopedic Institute, Marc Harwood menyampaikan sebagian dokter ingin membuat penyintas kembali ke tingkat aktivitas yang diinginkan. Tapi masih ada banyak ketidakpastian tentang efek Covid-19.

"Biasanya dalam pengobatan, kami ingin mengidentifikasi sumber masalahnya, menangani masalahnya, dan masalah itu hilang," kata Harwood dilansir dari The Inquirer, pada Rabu (3/3).

Beberapa rekan Harwood percaya gejala yang masih dialami penyintas disebabkan oleh gangguan pada hubungan antara paru-paru dan sel-sel di organ. Menurutnya, kondisi itu mirip dengan jenis gangguan saraf yang dialami orang yang kehilangan indra perasa dan penciuman.

"Tapi kami tidak mengerti mengapa beberapa orang yang pernah menderita Covid mengembangkan gejala itu," ujar Harwood.

Harwood merekomendasikan memulai dengan aktivitas aerobik ringan tanpa beban seperti bersepeda atau menggunakan pelatih elips ketika penyintas mengalami sesak napas atau kesulitan lain saat kembali berolah raga.

"Saya khawatir efeknya mungkin berada di dalamnya untuk jangka waktu yang sangat lama. Kami tidak memiliki cukup data," ucap Harwood.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement