Senin 01 Mar 2021 03:01 WIB

AS Minta Uni Afrika Atasi Krisis Tigray

AS juga mengecam kekejaman yang dilaporkan terjadi di Tigray.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken
Foto: EPA-EFE/SHAWN THEW
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta Uni Afrika dan mitra internasional lainnya membantu mengatasi krisis di Tigray, Ethiopia. Blinken juga mengecam kekejaman yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut.

Pernyataan Blinken menunjukkan rasa frustasi AS terhadap respon Ethiopia dan negara tetangganya, Eritrea pada krisis yang ia gambarkan 'kian memburuk'. Pernyataan tersebut Blinken sampaikan satu hari usai organisasi kemanusiaan Amnesty International merilis laporan mengenai kekejaman pasukan Eritrea dalam konflik di Tigray.

Baca Juga

Dalam laporannya Amnesty menyatakan tahun lalu tentara Eritrea membunuh ratusan warga sipil di Tigray dalam kurun waktu hanya 24 jam. Eritrea membantah keras tuduhan tersebut.

"Amerika Serikat sangat prihatin dengan kekejian yang dilaporkan dan situasi yang kian memburuk di wilayah Tigray, Ethiopia," kata Blinken seperti dikutip Voice of America, Ahad (28/2).

"Kami meminta mitra-mitra internasional terutama Uni Afrika dan mitra di kawasan, untuk bekerja sama dengan kami dalam mengatasi krisis di Tigray termasuk melalui aksi di PBB dan lembaga-lembaga relevan lainnya," kata Blinken.

Pada bulan November tahun lalu, pasukan pemerintah Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed berhasil mendorong mundur pasukan penguasa setempat, Tigray People Liberation Front (TPLF) dari ibu kota Tigray, Mekelle. Tapi pertempuran skala kecil masih berlanjut hingga saat ini.

Pertempuran antara pasukan federal dan lokal itu menewaskan ribuan orang. Ratusan ribu warga setempat terpaksa mengungsi dan wilayah berpopulasi sekitar 5 juta orang itu kekurangan pasokan makanan, air dan obat-obatan.    

Ethiopia dan Eritrea membantah pasukan Eritrea terlibat dalam konflik tersebut. Tetapi puluhan saksi mata, diplomat dan jenderal Ethiopia melaporkan kehadiran mereka di sana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement