Jumat 26 Feb 2021 17:30 WIB

Kongres IA-ITB 2021 Digelar Berbasis Daring 

Kegiatan kongres salah satunya memilih ketua umum periode 2021-2025.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Calon Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB periode 2021-2025, Gembong Primadjaja.
Foto: Dok
Calon Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB periode 2021-2025, Gembong Primadjaja.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kongres Ikatan Alumni ITB 2021 yang dimulai pada 26-27 Maret mendatang, akan dilakukan secara dalam jaringan (daring). Hampir seluruh proses tahapan kegiatan yang salah satunya memilih ketua umum periode 2021-2025 tersebut dilakukan tanpa tatap muka.

Menurut Ketua Kongres IA-ITB 2021 Agustin Peranginangin, pemilihan dengan sistem i-voting ini dilakukan dengan berbagai alasan, salah satunya untuk meminimalisasi penyebaran virus corona. Penerapan protokol kesehatan, harus tetap dilakukan meski vaksinasi sudah dimulai.

"Situasi pandemi ini mengingatkan kita akan pentingnya ketahanan nasional dari sisi kesehatan. Jadi harus kurangi pergerakan," ujar Agustin, dalam siaran persnya, Jumat (26/2).

Agustin mengatakan, seluruh tahapan pemilihan tersebut seperti rapat, penjaringan kandidat, hingga pendaftaran pemilih dilakukan secara daring. "Tidak lagi terkungkung di aula timur. Bisa sambil nonton drakor di rumah dengan keluarga, atau bisa sambil mancing," katanya.

Menurutnya, dengan sistem pemilihan i-voting ini pihaknya ingin terus mengampanyekan penggunaan teknologi kepada masyarakat. Bahkan, Agustin menyebut teknologi harus menjadi kebutuhan dasar saat ini.

"Jangan sampai teknologi dianggap sebagai barang mewah. Sehingga semua orang harus bisa menjangkau teknologi," katanya.

Melalui pemilihan dengan sistem i-voting ini pun, kata dia, memastikan ingin mengajak seluruh masyarakat untuk memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan bangsa kita khususnya dalam bidang teknologi. 

"Ingin mengampanyekan agar bangsa ini lebih percaya diri dengan kemampuan teknologi. Mari belajar teknologi, membangum teknologi, dan bersama-sama menggunakannya untuk kesejahteraan masyarakat," katanya.

Oleh karena itu, Agustin menilai penggunaan teknologi ini menjadi tantangan bagi alumni ITB umumnya seluruh masyarakat. "Teknologi ini memberikan efisiensi di satu sisi. Tapi pada sisi lain, dampaknya mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Jadi harus ada diversifikasi keterampilan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement