Sabtu 27 Feb 2021 19:50 WIB

Serangan Udara Pertama AS di Bawah Kepemimpinan Joe Biden

Serangan Udara Amerika Serikat Pertama di Bawah Kepemimpinan Joe Biden

Red:
Serangan Udara Amerika Serikat Pertama di Bawah Kepemimpinan Joe Biden
Serangan Udara Amerika Serikat Pertama di Bawah Kepemimpinan Joe Biden

Presiden Joe Biden telah memerintahkan pasukan militer Amerika Serikat untuk melakukan serangan militer di Suriah bagian timur, tepatnya terhadap fasilitas yang disebut telah digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran.

  • Pemerintahan Biden mengecam serangan roket di dekat kota Irbil 15 Februari lalu
  • Namun pejabat belum bisa mengatakan siapa yang melakukan serangan
  • Milisi Syiah dukungan Iran sebelumnya melakukan berbagai serangan terhadap personel AS di Irak

 

Baca Juga

Departemen Pertahanan yang biasa dikenal dengan nama Pentagon mengonfirmasi serangan sudah dilakukan sebagai tanggapan atas serangan roket ke sasaran milik AS di Irak.

Amerika Serikat melakukan serangan dalam jangkauan terbatas, sepertinya agar peningkatan konflik tidak terjadi.

Juga serangan dilakukan di Suriah dan bukannya di Irak diharapkan akan memberikan kesempatan kepada Pemerintah Irak untuk melakukan penyelidikan mengenai serangan tanggal 15 Februari yang melukai tentara Amerika Serikat.

Serangan udara ini merupakan aksi militer pertama yang dilakukan semasa Pemerintahan Presiden Joe Biden, yang sebelumnya mengatakan dalam beberapa pekan awal pemerintahannya akan memfokuskan diri pada tantangan yang dihadapi dari China.

 

"Atas perintah Presiden Biden, militer AS malam ini melakukan serangan udara terhadap prasarana yang digunakan oleh kelompok milisi yang didukung Iran di Suriah Timur," kata John Kirby, juru bicara Pentagon.

"Tindakan militer yang proporsional ini dilakukan bersama dengan langkah diplomatik termasuk konsultasi dengan mitra koalisi.

"Operasi ini mengirimkan pesan yang jelas: Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi warga Amerika dan personel koalisi."

"Dalam waktu bersamaan kami bertindak dalam gerakan terukur dengan tujuan menurunkan ketegangan situasi keseluruhan di Suriah Timur dan Irak."

Juru bicara Pentagon juga menambahkan serangan itu menghancurkan berbagai fasilitas di beberapa tempat perlintasan yang digunakan oleh kelompok milisi dukungan iran, termasuk Kataib Hezbollah (KH) dan Kataib Sayyid al-Shuhada (KSS).

Seorang pejabat Amerika Serikat yang tidak mau disebut namanya mengatakan keputusan melakaukan serangan dimaksudkan untuk mengirim pesan bahwa Amerika Serikat memang ingin menghukum para milisi, namun dalam waktu bersamaan tidak ingin membuat konflik menjadi lebih besar.

Masih belum jelas seberapa besar kerusakan yang terjadi dan apakah ada korban dalam serangan udara tersebut.

Belum jelas apakah serangan mempengaruhi perundingan nuklir

 

Pejabat pemerintahan Biden mengecam serangan roket 15 Februari yang dilakukan ke kawasan semi-otonomi Kurdi di Iran, namun belakangan para pejabat AS mengatakan mereka tidak mengetahui siapa yang melakukan serangan.

Serangan itu menargetkan pangkalan militer AS yang berada di Bandara Internasional Erbil, menewaskan seorang kontraktor bukan warga AS dan melukai beberapa kontraktor warga AS dan seorang tentara AS.

Menurut para pejabat di masa lalu kelompok milisi Syiah dukungan Iran bertanggung jawab atas sejumlah serangan roket terhadap personel AS atau fasilitas di Irak.

Beberapa pejabat di negara-negara barat dan Irak mengatakan serangan itu dilakukan oleh militan yang memiliki hubungan dengan Kataib Hezbollah, sebagai cara Iran mengganggu keberadaan militer AS di sana tanpa terlibat langsung.

Serangan roket terhadap sasaran AS di Irak terjadi di saat Amerika Serikat dan Iran sedang berusaha mencari jalan guna kembali ke perjanjian nuklir tahun 2015, yang kemudian ditinggalkan oleh mantan presiden Donald Trump.

Masih belum jelas apakah serangan udara ini akan mempengaruhi usaha AS untuk mengajak Iran kembali ke perundingan.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Reuters/AP

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement