Jumat 26 Feb 2021 14:01 WIB

Kemenkeu: Minat Investasi di Masa Pandemi Meningkat Tajam

Tahun ini pemerintah telah menerbitkan SBN seri ORI019 dengan perolehan tertinggi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) mencatat peningkatan signifikan investor ritel di Surat Berharga Negara (SBN). Direktur DJPPR, Luky Alfirman mengatakan minat investasi masyarakat di masa pandemi meningkat sangat pesat.

"Di masa pandemi ini, peningkatan investor ritel cukup tajam," katanya dalam peluncuran SR014, Jumat (26/2).

Baca Juga

Sepanjang 2020, SBN ritel mencatat penjualan Rp 76,8 triliun, naik dari Rp 49,4 triliun pada 2019. Menurutnya, investasi di SBN banyak diminati karena aman, terhindar dari risiko gagal bayar, dan nilai kupon yang bersaing.

Peningkatan investor ritel milenial juga terjadi karena sistem pemesanan dapat dilakukan secara online sehingga memudahkan transaksi. Tahun ini, pemerintah telah menerbitkan SBN yakni seri ORI019 dengan perolehan signifikan hingga Rp 26,7 triliun, tertinggi sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel.

"ORI019 ini dibeli oleh 48 ribu investor dan sebanyak 45 persennya adalah investor baru," katanya.

Pada hari ini, DJPPR kembali menerbitkan SBN Ritel seri SBSN Sukuk Ritel SR014 dengan kupon 5,47 persen. Penawaran akan berlangsung hingga 17 Maret 2021 dan dapat dipesan melalui 30 mitra distribusi secara online.

Ia optimistis penerbitan kali ini pun dapat disambut dengan baik oleh masyarakat. Seperti yang terjadi pada SR seri-seri sebelumnya yang telah dibeli 350 ribu investor di seluruh indonesia senilai Rp 204,6 triliun.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR, Dwi Iriani Hadiningdyah mengatakan peningkatan investor ritel ini memang cukup mengagetkan. Fenomena dan tren berinvestasi kini telah marak di masyarakat. 

"Masyarakat ternyata memanfaatkan kondisi yang ada, dana mereka yang tidak bisa di-spending disimpan di instrumen investasi agar bisa tumbuh," katanya.

Ia meyakini tren ini masih akan terus berlanjut hingga tahun 2021. Mengingat kini investor milenial semakin banyak dan mencari instrumen yang aman serta memiliki kupon bersaing.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement