Jumat 26 Feb 2021 12:30 WIB

Polisi Myanmar Ambil Tindakan Kekerasan Hadapi Demonstrasi

Kekerasan pecah di jalan-jalan pusat komersial Yangon

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Pengunjuk rasa anti-kudeta membawa bendera partai Liga Nasional dan Nasional untuk Demokrasi selama unjuk rasa di Yangon, Myanmar, Rabu, 24 Februari 2021.
Foto: AP/STR
Pengunjuk rasa anti-kudeta membawa bendera partai Liga Nasional dan Nasional untuk Demokrasi selama unjuk rasa di Yangon, Myanmar, Rabu, 24 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Polisi Myanmar melancarkan tindakan keras di distrik Yangon, Kamis (25/2) malam waktu setempat. Kekerasan polisi terjadi setelah mereka membubarkan protes untuk menentang pejabat lokal yang ditunjuk militer.

Kekerasan Kamis malam pecah (25/2) di jalan-jalan pusat komersial Yangon setelah beberapa dari sekitar 1.000 loyalis militer menyerang pendukung dan media pro-demokrasi. Beberapa orang dipukuli oleh sekelompok pri yang beberapa diketahui bersenjata pisau. Sementara yang lainnya menembakkan ketapel dan melemparkan batu. Video dari saksi mata menunjukkan setidaknya dua orang ditikam.

Baca Juga

Saksi mata mengatakan, dalam insiden terpisah, polisi anti-huru hara menembakkan gas air mata ke lingkungan Tamwe di Yangon untuk membubarkan kerumunan yang memprotes penggantian pejabat lokal oleh militer. Penduduk kemudian mengatakan mereka mendengar tembakan berulang-ulang dan bahwa polisi tetap berada di beberapa bagian distrik sampai sekitar pukul 02.00 pada hari Jumat.

"Kami benar-benar ketakutan," kata salah seorang warga yang meminta namanya tidak disebutkan dikutip laman Channel News Asia, Jumat (26/2).

Pendukung Aung San Suu Kyi mengunggah di media sosial bahwa mereka bermaksud mengadakan protes lagi di Tamwe pada Jumat pagi (26/2). Facebook mengatakan bahwa karena kekerasan mematikan sejak kudeta itu telah melarang militer Myanmar menggunakan platform Facebook dan Instagram.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement