Kamis 25 Feb 2021 23:42 WIB

Sektor Properti Dinilai akan Cerah Selama Pemulihan Pandemi

Dampak tersebut dapat terlihat dari statistik Property Outlook 2021.

Jual properti secara daring (online). Ilustrasi
Foto: Olx
Jual properti secara daring (online). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak pandemi Covid-19 mulai terjadi di Indonesia pada awal kuartal 2020, berbagai industri turut mengalami dampak negatifnya, termasuk bidang properti. Dampak tersebut dapat terlihat dari statistik Property Outlook 2021 dari 99 Group.

Rumah123(dot)com yang merupakan bagian dari 99 Group, kembali menyelenggarakan Property Outlook 2021, bertajuk “Melihat Tantangan dan Peluang Industri Properti di Masa Pemulihan Covid-19”.

CEO 99 Group Indonesia, Chong Ming Hwee mengatakan, kegiatan tahunan ini bertujuan menyajikan informasi komprehensif dan selayang pandang industri properti Indonesia di tahun 2021.

Ia mengatakan, pihaknya memiliki akumulasi lebih dari 29 juta traffic bulanan dan 29 ribu agen aktif. Hal tersebut, klaim dia, menjadikan 99 Group sebagai portal properti terbesar di Indonesia.

“Untuk mengetahui dinamika industri properti Tanah Air, tentu dibutuhkan akurasi data yang tinggi. Tim analis 99 Group telah berhasil menyajikan data yang diolah dari statistik dan database yang diolah dan terus diperbarui berdasarkan tren pasar yang terjadi. Lewat Property Outlook 2021 ini, 99 Group dapat memberikan advokasi yang bermanfaat untuk konsumen, agen, pengembang properti, dan stakeholders dengan sumber data yang komprehensif, tepat, dan akurat,” kata Ming, Kamis (25/2).

Ia memaparkan, berdasarkan data Tim 99 Group, tren suplai dan permintaan properti selama tahun 2020 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dari segi suplai, data Tim 99 Group mencatat tren bulanan yang cukup stabil pada kuartal satu dan dua, dengan rata-rata listing aktif berada di angka 8 persen. Pertumbuhan suplai listing tertinggi terjadi di bulan Juli sebesar 8.75 persen. Penurunan suplai listing yang cukup drastis terjadi dari bulan Agustus yang menukik ke 5.67 persen, hingga yang terendah pada Desember pada angka 3.82 persen.

Sementara dari segi permintaan per bulan, periode kuartal awal antara Januari hingga April mencatat penurunan cukup signifikan dari 10 persen hingga hampir menyentuh angka 5 persen. Penurunan tersebut terjadi saat dimulainya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap awal.

Permintaan pasar kemudian meningkat menjadi 7.96 persen pada Mei hingga berhasil menembus 11.25 persen pada Juni.

"Peningkatan ini menjadi respons atas adaptasi yang dilakukan sektor properti dan pelonggaran PSBB. Angka permintaan sempat kembali mengalami penurunan ke 6.57 persen pada September. Walaupun demikian, hingga Desember, permintaan properti berhasil stabil di angka 8.46 persen, sehingga tahun 2020 dapat ditutup dengan rapor positif," kata dia.

Kegiatan tersebut juga membahas penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps ke 3,50% yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Menurut dia, itu menjadi angin segar bagi sektor properti Tanah Air. Kebijakan tersebut turut didukung dengan pelonggaran berbagai jenis kredit, termasuk pembebasan uang muka atau DP 0 persen untuk pembelian properti. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement