REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh pembaharu Islam abad-19 dari Turki Badiuzzaman Said Nursi pernah menulis surat untuk sahabatnya yang menjadi seorang dokter. Dalam suratnya, Nursi menjelaskan kepada sang dokter bahwa usia ini sangat singkat, sementara tugas yang harus dikerjakan sangat banyak.
Menurut dia, kewajiban lebih banyak daripada waktu yang ada. Jika dokter itu mengecek berbagai informasi yang terdapat di otaknya, seperti yang pernah Said Nursi lakukan, pasti terdapat sejumlah informasi yang tidak bermanfaat dan tidak penting laksana tumpukan kayu bakar.
“Aku telah melakukan pengecekan dan pemeriksaan semacam itu. Hasilnya banyak sekali hal yang tidak berguna dan tidak penting,” ujarnya dikutip dari buku Said Nursi yang berjudul Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani.
Karena itu, menurut dia, harus ada usaha mencari obat dan sarana guna membuat berbagai informasi praktis dan pengetahuan filosofis itu menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat, bercahaya dan bersinar, hidup dan berdenyut, serta menghilangkan dahaga.
“Hendaknya engkau juga bersimpuh wahai saudaraku. Mintalah kepada Dzat Yang Mahabijak dan Mahaagung agar Dia memberikan kepadamu kesadaran spiritual yang dapat membersihkan dan menjernihkan pikiranmu sekaligus menyalakan api di tumpukan sisa kayu bakar tadi,” kata Nursi.