Kamis 25 Feb 2021 20:14 WIB

Apa yang Dimaksud Jalan Lurus dalam Surat Al-Fatihah?

Terdapat tafsiran jalan yang lurus dalam surat Al-Fatihah

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
 Terdapat tafsiran jalan yang lurus dalam surat Al-Fatihah
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Terdapat tafsiran jalan yang lurus dalam surat Al-Fatihah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebagai orang yang beriman kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa dibimbing dalam jalan yang lurus. 

Seperti dalam Alquran ayat enam surat Al-Fatihah, Ihdinass shirathal mustaqim, artinya tunjukilah kami jalan yang lurus. Apa itu shirathal mustaqim atau jalan yang lurus? Jawabannya dijelaskan dalam ayat ketujuh surat al-Fatihah:  

Baca Juga

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ Artinya: “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” 

Dalam Tafsir Tahlili ayat ketujuh surat Al Fatihah, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI, dijelaskan bahwa sebelum Alquran diturunkan dan Nabi Muhammad diutus, Allah sudah  menurunkan kitab-kitab suci lainnya kepada rasul-rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad. 

Di antara umat-umat terdahulu itu (sebelum datangnya Islam) terdapat juga para nabi, ada juga orang-orang yang membenarkan rasul-rasul yang diutus Allah atau siddiqin, jujur dan patuh terhadap rasul dan ajaran yang dibawanya. 

Di antara umat terdahulu juga ada syuhada yang mengorbankan jiwa dan harta untuk kemuliaan agama Allah, termasuk ada juga orang-orang shaleh yang patuh dan menjauhi larangan Allah. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah. 

Karena itu umat Nabi Muhammad diajarkan memohon kepada Allah agar diberikan taufik dan bimbingan sebagaimana Allah telah memberi taufik dan membimbing umat-umat terdahulu yang taat kepada Allah dan rasul yang diutus pada setiap masanya. 

"Artinya sebagaimana mereka telah berbahagia dalam aqa'id, dalam menjalankan hukum-hukum dan peraturan-peraturan agama, serta telah mempunyai akhlak dan budi pekerti yang mulia, maka demikian pula kita hendaknya. Dengan perkataan lain, Allah menyuruh kita agar mengambil contoh dan teladan kepada mereka yang terdahulu," begitu dikutip Tafsir Alquran Kementerian Agama RI.

Lantas mengapa Allah menyuruh mengikuti jalan umat yang terdahulu yang taat kepada Allah dan rasul-Nya? Bukankah dalam agama Islam sudah ada petunjuk-pentunjuk, hukum-hukum, bahkan lebih lengkap dari umat sebelumnya? 

Dalam Tafsir Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa sebetulnya agama Allah itu adalah satu. Meski ada perbedaan, tetapi perbedaan itu terletak pada bagiannya atau cabang atau syariat, sedang pokok-pokok ajarannya serupa.  

Sehingga patut untuk dijadikan contoh dan diambil pelajaram pada kaum-kaum yang kokoh dalam keimanannya dan terus mengikuti ajaran Allah yang dibawa rasul-Nya meski mereka mendapat rintangan dan tekanan dari orang-orang yang ingkar dan penguasa yang zalim. Merekalah orang-orang terdahulu yang mendapatkan bimbingan pada jalan yang lurus.  

Umat-umat terdahulu ada yang diberi nikmat oleh Allah ada juga yang sesat dan dimurkai Allah. Sementara o rang-orang terdahulu yang dimurkai Allah itu adalah yang tak mau menerima seruan Allah yang disampaikan rasul-rasul yang diutus-Nya. 

Sebab apa yang dibawa para rasul, berlainan dengan kebiasaan dan tak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Termasuk juga orang atau golongan yang dimurkai adalah yang mulanya telah menerima apa yang disampaikan rasul-rasul pada masanya, tetapi kemudian mereka membelok atau menyimpang bertolak belakang dengan ajaran yang dibawa utusan Allah. 

Banyak umat terdahulu yang mendapat azab Allah sejak masih di dunia, sebagai balasan yang setimpal akan keingkaran dan sifat angkara murka mereka. Seperti kaum 'Ad dan Samud, kemudian Firaun dan kaumnya. Kepercayaan, amal dan budi pekerti kaum-kaum itu rusak sehingga mendapatkan murka Allah. 

Maka dari ayat ketujuh surat Al-Fatihah, Allah mengajari hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya agar terjauh dari kemungkaran-Nya, dam terhindar dari kesesatan. Di dalam ayat itu juga terdapat perintah Allah agar manusia mengambil pelajaran dari sejarah bangsa-bangsa yang terdahulu.

"Alangkah banyaknya dalam sejarah kejadian-kejadian yang dapat dijadikan iktibar dan pelajaran. Dalam Alquran banyak ayat yang berkenaan dengan kisah umat dan bangsa-bangsa yang dahulu. Memang tak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya kepada jiwa manusia daripada contoh-contoh orang dan perbandingan-perbandingan yang terdapat dalam kisah-kisah dan sejarah."  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement