Kamis 25 Feb 2021 20:12 WIB

Kinerja Keuangan ASII Alami Penurunan Selama 2020

Grup Astra membukukan pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp 175 triliun

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
PT Astra International Tbk bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait pengembangan 645 desa, (ilustrasi).
Foto: Republika/Novita Intan
PT Astra International Tbk bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait pengembangan 645 desa, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) mengalami penurunan sepanjang tahun 2020. Grup Astra membukukan pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp 175 triliun, menurun 26 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Penurunan pendapatan ini turut menekan laba bersih perusahaan pada tahun lalu. Setelah memasukkan keuntungan dari penjualan saham Bank Permata, laba bersih Grup Astra tercatat sebesar Rp 16,2 triliun atau turun 26 persen dibandingkan tahun 2019.

Tanpa memasukkan keuntungan dari penjualan tersebut, laba bersih Grup menurun 53 persen menjadi Rp 10,3 triliun. Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro mengatakan pendapatan dan laba bersih grup menurun akibat terdampak pandemi Covid-19 dan upaya penanggulannya.

"Grup terus beroperasi di tengah kondisi yang menantang, dan masih terdapat ketidakpastian mengenai kapan pandemi akan berakhir," kata Djony melalui keterangan resmi, Kamis (25/5).  

Djony menjelaskan, penurunan laba bersih Grup Astra utamanya disebabkan penjualan mobil yang menurun hingga 50 persen serta penjualan sepeda motor yang menurun 41 persen. Sehingga laba bersih divisi otomotif Grup menurun 68 persen menjadi Rp2,7 triliun.

Meski demikian, setelah mengalami kerugian bersih pada kuartal kedua, divisi otomotif Grup mampu kembali mencatatkan keuntungan pada semester kedua tahun 2020. Hal ini didukung oleh pelonggaran penerapan langkah-langkah penanggulangan pandemi.

Selain itu, penurunan laba Grup juga didorong oleh penurunan laba bersih bisnis jasa keuangan sebesar 44 persen menjadi Rp3,3 triliun pada tahun 2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan provisi guna menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.

Laba bersih Grup dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi juga menurun sebesar 49 persen menjadi Rp 3,4 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah, akibat melemahnya harga batu bara hampir sepanjang tahun.

PT United Tractors Tbk yang 59,5 persen sahamnya dimiliki Perseroan melaporkan penurunan laba bersih sebesar 47 persen menjadi Rp6 triliun. Penjualan alat berat Komatsu juga menurun 47 persen menjadi 1.564 unit. Pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga menurun.  

Meski demikian, peningkatan laba bersih masih terjadi di divisi agribisnis Grup yang mencapai Rp664 miliar, naik secara signifikan dibandingkan laba bersih pada tahun 2019. PT Astra Agro Lestari Tbk yang 79,7 persen sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp211 miliar menjadi Rp833 miliar terutama disebabkan oleh harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.

Secara umum, Djony menyatakab posisi neraca keuangan dan pendanaan Grup masih kuat. Nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2020 sebesar Rp 3.845, meningkat 5 persen dibandingkan posisi pada 31 Desember 2019.

 

Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp 7,3 triliun pada 31 Desember 2020, dibandingkan utang bersih sebesar Rp 22,2 triliun pada akhir tahun 2019, setelah diterimanya hasil penjualan saham Bank Permata pada bulan Mei 2020. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup menurun dari Rp 45,8 triliun pada akhir tahun 2019 menjadi Rp 39,2 triliun pada 31 Desember 2020.

 

Dividen final sebesar Rp87 per saham akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada bulan April 2021. Dividen final tersebut turun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp 157 per saham.

Demikian pula dengan usulan dividen final tersebut dan dividen interim Rp 27 per saham yang telah dibagikan pada bulan Oktober 2020, turun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 57 per saham. Dengan begitu, total dividen pada tahun 2020 sebesar Rp 114 per saham, turun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp 214 per saham.  

 

Djony memperkirakan kondisi pandemi ini masih akan berlangsung selama beberapa waktu. Ia tidak dapat memastikan bagaimana dampak pandemi terhadap Grup ke depannya. "Masih terlalu dini untuk memprediksi dampak pandemi terhadap kinerja Grup pada tahun 2021," tutup Djony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement