Kamis 25 Feb 2021 18:58 WIB

Terapung 14 Jam di Samudra Pasifik, Perevertilov Selamat

Perevertilov berpegangan dengan sampah laut selamat terapung di Samudera Pasifik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Samudra Pasifik
Foto: Reuters
Samudra Pasifik

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Seorang pelaut yang jatuh ke laut dapat selamat dengan berpegangan pada sepotong sampah laut yang berasal dari pelampung perahu nelayan. Dia menghabiskan 14 jam terapung di atas air setelah jatuh dari kapal kargo ke Samudra Pasifik pada dini hari.

Menurut laporan BBC, Vidam Perevertilov tidak mengenakan jaket pelampung, saat berada di atas kapal ketika melakukan perjalanan antara pelabuhan Tauranga Selandia Baru dan wilayah Inggris yang terisolasi Pitcairn.  Kepala insinyur Lithuania dari Silver Supporter ini melakukan perpindahan di ruang mesin sambil memompa bahan bakar. Ketika melakukan kegiatan itu, dia merasa panas dan pusing.

Baca Juga

Menurut pengakuan anak Perevertilov, Marat, ayahnya kemudian berjalan keluar ke geladak untuk memulihkan diri sekitar pukul 04:00 tanggal 16 Februari, sebelum akhirnya terjatuh.

Tim satu kru tidak ada menyadari bahwa seseorang telah jatuh ke laut, sehingga kapal itu  terus berlayar. Setelah berjuang untuk tetap mengapung sampai matahari terbit, Perevertilov melihat bintik hitam di cakrawala dan memutuskan untuk berenang ke arahnya.

"Itu tidak berlabuh ke apapun atau ke perahu, itu hanya sepotong sampah laut," kata Marat tentang pelampung nelayan yang ditinggalkan.

Awak kapal membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mengetahui bahwa insinyur mereka hilang. Pada saat itu kapten langsung membalikkan rute kapal. Menurut laporan, kru menentukan perkiraan lokasinya dengan melihat catatan pekerjaan Perevertilov.

Dalam catatan itu menunjukkan bahwa Perevertilov terakhir berada di kapal pada pukul 04.00. Koordinat kapal pada saat itu sekitar 400 mil laut di selatan Kepulauan Austral di Polinesia Prancis.

Pesan marabahaya kemudian disiarkan melalui radio ke kapal-kapal di daerah tersebut. Pesawat angkatan laut Prancis bergabung dalam pencarian dari Tahiti, dan badan layanan meteorologi Prancis mempelajari angin untuk menghitung kemungkinan pola penyimpangan.

Ketika Perevertilov akhirnya melihat kapal krunya di cakrawala, dia melambai dan memanggil. Hebatnya, salah satu penumpang kapal mendengar teriakan manusia yang sangat terdengar lemah.

Seorang pengintai melihat tangan terangkat dan akhirnya menarik pelaut ke tempat yang aman di atas kapal. "Keinginannya untuk bertahan hidup kuat ... Saya mungkin akan langsung tenggelam, tapi dia selalu menjaga dirinya tetap fit dan sehat dan itulah mengapa saya pikir dia bisa bertahan," kata kata Marat kepada situs berita Selandia Baru Stuff setelah mendapatkan rincian cerita ayahnya dengan berkirim pesan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement