Kamis 25 Feb 2021 18:50 WIB

Marah dengan Orang yang Abai Prokes? Ini Cara Mengatasinya

Perasaan marah terhadap perilaku orang yang abai prokes disebut pangry.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Qommarria Rostanti
Perasaan marah terhadap orang-orang yang mengabaikan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Perasaan marah terhadap orang-orang yang mengabaikan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demi memutus rantai penyebaran Covid-19, setiap orang disarankan beraktivitas di rumah saja. Jika terpaksa harus keluar rumah, maka Anda wajib mengikuti protokol kesehatan yakni memakai masker, menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan. 

Tak hanya terhadap diri sendiri, Anda juga memproteksi anak-anak agar tak tertular virus corona. Sayangnya, tak semua orang mau menaati protokol kesehatan Covid-19. 

Ada sebagian orang yang merayakan pernikahan tanpa masker, berkumpul di kafe dan restoran yang penuh sesak, hingga berpesta tanpa masker. Padahal belum ada tanda-tanda Covid-19 akan hilang. Vaksin pun belum terdistribusi secara menyeluruh. 

Saat Anda marah terhadap perilaku orang-orang tersebut, perasaan itu disebut sebagai pandemic angry (pangry). Melansir dari laman Click on Detroit, Kamis (25/2), pangry adalah kata buatan yang digunakan untuk menggambarkan apa yang dialami banyak dari kita saat ini, yaitu kekesalan terhadap orang lain yang tampaknya mengabaikan pandemi.

Seorang terapis di Metro Detroit, Michelle Warren, mengatakan dia mendengar beberapa kekecewaan ini dari pasiennya. "Orang-orang bertanya hal-hal seperti, mengapa saya begitu berhati-hati dan mengikuti aturan, sementara yang lain tidak. Mengapa mereka menempatkan orang lain pada risiko yang lebih besar," kata Warren.

Dia menyebut kondisi itu menjadi rumit karena semuanya bergantung pada bagaimana orang yang berbeda menafsirkan faktor risiko yang terlibat dalam pandemi. Berikut solusi dari Warren jika Anda mengalami pangry:

1. Yakin bahwa perasaan itu bukan benar atau salah

Jika merasakan marah, apakah Anda memiliki orang-orang terdekat yang juga memiliki perasaan serupa dan bisa diajak berbicara tentang hal tersebut? Menurut Warren, memiliki orang lain yang selaras dengan Anda adalah penting. 

"Anda dapat melampiaskan, tetapi tidak dengan cara bergosip. Tanyakan pada diri Anda, bagaimana bisa saling mendukung? Kadang-kadang itu membantu," ujarnya.

2. Coba alihkan perhatian pada apa yang terjadi

Ini bisa jadi sulit jika Anda benar-benar duduk dengan kenyataan tentang apa yang terjadi belakangan ini. Bagi banyak orang, mungkin Anda tidak bisa atau merasa tidak nyaman bepergian.

Namun perlu diingat, mencoba menjadikan segala sesuatunya normal hanya akan menciptakan lebih banyak emosi. Warren menyarankan untuk mencari hal-hal berbeda yang dapat dilakukan.

 

 

3. Mencoba bersantai sambil menonton televisi

Jika Anda mencoba membuat hidup terasa normal, itu tidak akan terjadi. "Jadi, bersandarlah pada fakta 'ini tidak normal' dan temukan hal-hal baru yang membantu menghabiskan waktu sampai Anda mencapai ruang normal," kata Warren.

Dengan mengingat hal itu, jangan merasa sedih jika akhir pekan dihabiskan dengan menonton televisi atau bersantai sehingga menjadi kurang produktif dari biasanya. Kita semua dalam mode bertahan hidup, jadi lakukan apa yang Anda butuhkan untuk tetap sibuk.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement