Rabu 24 Feb 2021 22:58 WIB

Membangun Kekuatan Alutsista demi Kedaulatan Udara NKRI

Akuisisi berbagai alutsista modern akan dilaksanakan bertahap hingga 2024.

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengirim satu unit Helikopter Super Puma NAS332 C1+ menuju Skadron Udara VI Lanud Atang Sendjaja, Bogor, Jumat (29/1). Pesawat tersebut dipesan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) dengan pengguna akhir TNI Angkatan Udara (AU
Foto: Dok. PTDI
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengirim satu unit Helikopter Super Puma NAS332 C1+ menuju Skadron Udara VI Lanud Atang Sendjaja, Bogor, Jumat (29/1). Pesawat tersebut dipesan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) dengan pengguna akhir TNI Angkatan Udara (AU

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro

Pelanggaran wilayah teritorial udara oleh pesawat asing, terutama pesawat tempur, dinilai menjadi salah satu tantangan terdekat yang harus diantisipasi TNI Angkatan Udara (AU). Perlu upaya negosiasi dengan negara terkait dan penguatan kekuatan yang dilakukan secara bersamaan untuk mengatasi hal tersebut.

Baca Juga

"Pelangaran wilayah teritorial udara salah satu tantangan kita oleh pesawat asing, terutama pesawat tempur," ujar pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LSPSSI), Beni Sukadis, lewat pesan singkat, Rabu (24/2).

Menurut dia, kekuatan yang dimiliki pemerintah saat ini belum cukup untuk mengatasi hal tersebut dengan baik. Masih perlu dilakukan sejumlah upaya agar pelanggaran-pelanggaran seperti itu dapat diantisipasi dan tak terjadi kembali ke depannya. Salah satu upaya yang diperlukan ialah melakukan negosiasi dengan negara terkait.

"Saat ini jelas belum cukup, perlu dilakukan negosiasi dengan negara tetangga yang sering melakukan pelanggarsn tersebut. Tapi negosiasi tanpa detterent effect (efek gentar) itu sama saja sia-sia," kata dia.

Dalam membuat efek gentar itu diperlukan penguatan kekuatan yang dimiliki oleh TNI AU. Beberapa waktu lalu, Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, menyatakan, realisasi akuisisi berbagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern akan mulai dilakukan secara bertahap mulai tahun ini hingga 2024.

Beni menyatakan, sejatinya untuk saat ini masih terlalu dini untuk menganggap mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebab, terdapat persoalan keadaan keuangan dalam pembelian alutsista modern yang hendak digunakan TNI AU itu. Namun, dia merasa rencana pengakuisisian pesawat multirole combat aircraft F-15 EX dan Dassault Rafale tetap perlu diapresiasi.

"Dengan keterbatasan ini rencana ini perlu diapresiasi karena kalau melihat spesifikasi teknis kedua pesawat sangat memenuhi syarat dalam meningkatkan dan menunjang kapablitas pertahanan nasional," jelas dia.

 

 

Kemampuan pesawat-pesawat itu, di antaranya memiliki twin engine, multirole combat, perangkat perang elektronik, dan persenjataan yang canggih. Menurut Beni, pemilihan pesawat-pesawat dengan kemampuan tersebut merupakan pilihan yang tepat. Dia pun merasa yakin para penerbang TNI AU akan dapat menggunakannya dengan baik.

"Saya yakin penerbang kita bisa beradaptasi dengan alutsista standar NATO, karena di TNI AU persentase senjata asal NATO besar, lebih dari 70 persen," ungkap Beni.

KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo sebelumnya telah menyebutkan, upaya mendapatkan alutsista terbaik yang memenuhi operational requirement, aspek commonality, mendapatkan transfer of technology, serta sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI AU sudah menunjukkan titik terang. Akuisisi berbagai alutsista modern akan dilaksanakan bertahap hingga 2024.

"Mulai tahun ini hingga tahun 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," ungkap Fadjar dalam sambutan pada Rapim TNI AU di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/2) lalu.

Dia menerangkan, ada sejumlah alutsista modern yang akan diakuisisi secara bertahap itu. Salah satunya ialah pesawat multi-role combat aircraft F-15 EX dan Dassault Rafale. Pesawat F-15 EX merupakan pesawat buatan Amerika Serikat (AS) dan pesawat Dassault Rafale merupakan pesawat buatan Prancis.

Selain dua jenis pesawat tersebut, alutsista yang juga akan direalisasikan pengakuisisiannya untuk TNI AU ialah radar GCI3, pesawat berkemampuan airborne early warning, pesawat tanker berupa multirole tanker transport, pesawat angkut C-130 J, UCAV berkemampuan MALE, dan berbagai alutsista lainnya.

"Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan alutsista dalam waktu dekat, kita juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI AU, yang pelaksanaannya akan dimulai pada tahun ini," kata Fadjar.

In Picture: Elang Hitam, Pesawat Drone Alutsista Buatan Indonesia

photo
Petugas memeriksa Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang diberi nama Black Eagle (Elag Hitam) sebelum diperkenalkan di Hanggar Rotary Wing PTDI, Kota Bandung, Senin (30/12). - (Abdan Syakura)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement