Rabu 24 Feb 2021 21:01 WIB

Nelayan Gunung Kidul Diimbau tak Melaut

Berdasarkan informasi BMKG ada peningkatan ketinggian gelombang laut selatan.

Nelayan membawa ikan hasil tangkapan di Pantai Gesing, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Nelayan membawa ikan hasil tangkapan di Pantai Gesing, Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Tim Pencarian dan Penyelamatan Satuan Pelindungan Masyarakat Wilayah I Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau nelayan tidak melaut terlebih dahulu selama gelombang tinggi yang terjadi di wilayah ini. Koordinator SAR Satlinmas Wilayah I Gunung Kidul Sunu Handoko di Gunung Kidul, Rabu (24/2), mengatakan mulai hari ini hingga beberapa hari ke depan, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada peningkatan ketinggian gelombang laut selatan.

"Hari ini, 95 persen nelayan sudah tidak melaut mencari ikan. Gelombang sudah terlihat tinggi, meski belum terjadi puncaknya," kata Sunu Handoro.

Baca Juga

Ia mengatakan nelayan Gunung Kidul mulai menyandarkan kapalnya ke daratan sejak kemarin. Hal ini untuk mengindari kapal dihantam ombak yang dapat menimbulkan kerusakan."Kapal-kapal milik nelayan sudah ditepikan. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, gelombang sangat tinggi. Sehingga kapal harus ditepikan," katanya.

Hal yang sama dikatakan Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunung Kidul Marjono. Pihaknya sudah menginformasikan mengenai ketinggian gelombang laut terkini pada nelayan. "Kami sudah mengirim grafik pergerakan gelombang untuk sepekan ke depan. Dengan informasi tersebut, nelayan sudah mengetahui langkah yang diambil mulai dari menepikan kapal ke daratan hingga tidak melaut sementara waktu sampai gelombang kembali normal," katanya.

Ia mengatakan ketinggian gelombang laut yang mencapai tepi pantai masih tergolong landai. Namun imbauan tetap diberikan agar warga tetap waspada. 

"Ketinggian gelombangnya sekitar 13 feet (kaki), masih tergolong aman," kata Marjono.

Seperti diketahui, berdasarkan informasi BMKG, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di wilayah pesisir Gunung Kidul yang akan berlangsung mulai 24-28 Februari. Dampak yang timbul diprediksi berupa gelombang laut tinggi, angin kencang, serta hujan lebat. Kondisi ini dipengaruhi sirkulasi siklonik yang bergerak dari arah utara Benua Australia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement