Rabu 24 Feb 2021 19:29 WIB

SBY: Partai Demokrat Not For Sale

SBY mengatakan saat ini ada gerakan yang tengah berusaha mengambil alih Demokrat.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Foto: Dok. youtube/susilobambangyudhoyono
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa partainya tak dijual dan tidak bisa dibeli oleh siapapun. Hal itu disampaikannya untuk menanggapi adanya wacana pengambil alihan kepemimpinan partai berlambang bintang mercy itu.

"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli Partai Demokrat, saya katakan dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat Not For Sale. Partai kami bukan untuk diperjual belikan," ujar SBY dalam video yang dirilisnya, Rabu (24/2).

Baca Juga

SBY mengatakan, saat ini ada gerakan yang tengah berusaha mengambil alih kepemimpinan Demokrat. Gerakan yang nantinya akan mengganti ketua umum dengan orang dari luar internal partai.

"Kalau gerakan ini berhasil, karena ada yang ingin membeli partai kita dan kemudian ada fasilitatornya, partai kita bisa mengalami kegelapan," katanya.

 

Demokrat, kata SBY, memang bukanlah partai yang kaya raya dari segi materi. Meski begitu, bukan berarti partai yang pernah dipimpinnya itu dapat dibeli oleh orang yang haus akan kekuasaan.

Namun jika gerakam tersebut berhasil, ia menilai ada krisis demokrasi yang besar di Indonesia. Sebab ada harta dan kekuasaan yang berusaha memimpin Demokrat dengan cara yang tidak etis.

"Hal begitu tentu sangat mencederai rasa keadilan. Kalau keadilan diinjak-injak, jangan harapkan ada kedamaian, no justice no peace," ujar SBY.

Demokrat saat ini tengah berjuang dengan damai untuk melalukan kerja-kerja politik di awal 2021. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum dinilainya sedang mengantar Demokrat ke arah yang lebih baik.

"Di bawah kepemimpinan AHY, dukungan rakyat terhadap Partai Demokrat terus meningkat," ujar SBY.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement