Rabu 24 Feb 2021 16:32 WIB

Gara-Gara Ciliwung Kotor, Banjir Jakarta tak Terkontrol

Jakarta sudah kebanjiran dari sejak zaman VOC.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Banjir melanda Batavia
Foto:

Kondisi tersebut sangat mengganggu dan membuat Tuan Tanah di Depok, Cornelis Chastelein meminta untuk dibersihkan aliran sungai. Sebab, semua kotoran itu menyebabkan banjir di sekitar Depok. Chastelein harus menunggu setidaknya empat hari sampai sungai dibersihkan.

“Pembuangan sampah ke sungai dari dahulu sudah ada. Awalnya tidak menjadi masalah besar tapi semakin lama tidak sadar menjadi masalah besar. Mulai dari air kotor sampai air tidak bisa mengalir dengan lancar,” tambah dia.

Karena kondisi Sungai Ciliwung yang buruk, ada dugaan itu menjadi faktor penyebab wabah yang melanda Batavia tahun 1730-an. Wabah tersebut menelan banyak korban jiwa.

Untuk mengatasinya pun, saat itu masih sulit karena ilmu pengetahuan masih terbatas. Ada beberapa orang yang datang dan shalat untuk memohon kepada Tuhan agar wabah berhenti. Tak tahan dengan kondisi itu, orang-orang kaya di Batavia mulai pindah ke wilayah luar Batavia yang disebut weltevreden.

Untuk menangani masalah banjir, Belanda memberlakukan beberapa upaya. Dimulai dari Gubernur VOC, JP Coen yang membuat kanal dan sodetan Ciliwung tahun 1600-an. Kanal tersebut dibuat untuk mengaliri air Sungai Ciliwung ke Laut Jawa. Di tahun 1664 mereka mengadakan “college van heemraden” atau district council untuk mengatur kanal-kanal dan wilayah di luar Batavia.

Setelah JP Coen, Gubernur Jenderal VOC selanjutnya juga mengatasi masalah tersebut dengan membangun banyak kanal. Hanya beberapa kali upaya tersebut berhasil dan banjir masih kembali melanda Batavia.

“Di tahun 1679 mereka membuat kanal baru untuk membantu air sungai mengalir ke laut. Tapi banjir tetap kembali,” kata dia.

Insiden banjir tentunya membuat VOC mengalami kerugian besar. Misal, beberapa kapal yang sudah direncanakan untuk pergi ke Amsterdam terpaksa tidak bisa berlayar. Sebab, orang yang bekerja atau nelayan tidak bisa berangkat karena banyak yang meninggal.

“Dampaknya ke ekonomi cukup besar. Tahun 1730 sampai 1735 menjadi masalah besar. Makanya di tahun tersebut orang kaya di Batavia mulai pindah ke daerah weltevreden,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement