Rabu 24 Feb 2021 01:14 WIB

Perlukah Modifikasi Vaksin Guna Atasi Varian Baru Covid-19?

Vaksin yang dimodifikasi dapat diuji dalam uji coba skala kecil

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
FDA menunjukkan uji klinis yang panjang dan ekstensif mungkin tidak diperlukan untuk menguji vaksin yang dimodifikasi.
Foto: EPA
FDA menunjukkan uji klinis yang panjang dan ekstensif mungkin tidak diperlukan untuk menguji vaksin yang dimodifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Ada anggapan jika virus corona baru bermutasi hingga vaksin Covid-19 saat ini tidak lagi efektif dalam memerangi virus, maka para peneliti harus memodifikasi vaksin tersebut. Namun ada bantahan mengenai asumsi tersebut.

Pedoman baru Food and Drug Administration Amerika Serikat (FDA) menunjukkan uji klinis yang panjang dan ekstensif mungkin tidak diperlukan untuk menguji vaksin yang dimodifikasi.

Baca Juga

Sebaliknya, vaksin yang dimodifikasi dapat diuji dalam uji coba skala kecil seperti yang dilakukan untuk mengembangkan vaksin flu setiap tahun.

"Kami tahu negara sangat ingin kembali ke kondisi normal baru, dan kemunculan varian virus menimbulkan kekhawatiran baru tentang kinerja produk (vaksin) ini," kata Janet Woodcock selaku penjabat komisaris FDA, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Livescience, pada Selasa (23/2).

"Dengan mengeluarkan panduan ini, kami ingin publik Amerika tahu bahwa kami menggunakan segenap kemampuan untuk melawan pandemi ini, termasuk berputar saat virus beradaptasi," lanjut Woodcock.

Woodcock menyampaikan bukti saat ini menunjukkan Pfizer dan Moderna tetap efektif terhadap varian Covid-19 yang beredar. Kedua vaksin itu ialah dua vaksin yang diizinkan untuk penggunaan darurat di AS.

Baca juga : Tokoh Agama Antusias Ikuti Vaksinasi Covid-19

"Studi menunjukkan, bagaimanapun, mereka mungkin kurang efektif terhadap varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, yang dikenal sebagai varian B.1.351, dibandingkan varian lainnya. Tetapi jika virus berevolusi menjadi cukup atau sepenuhnya resisten terhadap vaksin Covid-19 saat ini, maka mungkin perlu untuk memodifikasinya," ujar Woodcock.

Woodcock menyampaikan teknologi mRNA yang digunakan untuk membuat kedua vaksin memungkinkan modifikasi cepat. Perusahaan pembuat kedua vaksin mengatakan dapat membuat versi modifikasi dalam jangka waktu enam pekan.

"Karena perusahaan akan memodifikasi vaksin yang sama hanya sedikit untuk membuatnya lebih baik dari varian baru, uji klinis ekstensif yang melibatkan pengujian vaksin terhadap plasebo pada ribuan orang mungkin tidak diperlukan," ucap Woodcock.

Sebaliknya, pedoman baru FDA menyarankan menguji vaksin yang dimodifikasi pada sekelompok kecil sukarelawan mungkin sudah cukup. Setelah divaksinasi, para relawan ini akan memberikan sampel darahnya untuk diuji di laboratorium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement