Rabu 24 Feb 2021 00:22 WIB

Tahun Ini Pembangkit di Jawa Bertambah 3.000 MW

Konsumsi listrik nasional 70 persen disumbang konsumsi listrik di Jawa Madura Bali

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi).  Tambahan kapasitas di Jawa Madura dan Bali berkisar antara 2.500 sampai 3.000 MW pada tahun ini.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi). Tambahan kapasitas di Jawa Madura dan Bali berkisar antara 2.500 sampai 3.000 MW pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjelaskan pada tahun ini ada tambahan kapasitas dari pembangkit baru yang akan beroperasi. Tambahan kapasitas di Jawa Madura dan Bali berkisar antara 2.500 sampai 3.000 MW pada tahun ini.

Direktur Regional PLN Bagian Jawa Madura dan Bali, Haryanto WS, menjelaskan saat ini kapasitas pembangkit yang beroperasi di Jamali sebesar 40,1 ribu MW. Tahun ini rencananya akan ada tambahan kapasitas lagi dari pembangkit yang baru beroperasi sekitar 2.500 sampai 3.000 MW.

Baca Juga

"Tahun ini akan ada tambahan kapasitas 2.500- 3.000 MW. Kemampuan suplai pembangkit ini sangat cukup. Ini bisa menjadi modal untuk melayani kebutuhan jamali," ujar Haryanto dalam webinar, Selasa (23/2).

Haryanto menjelaskan dengan adanya tambahan pembangkit ini sebenarnya jika dikaitkan dengan konsumsi per kapita di Jamali maka pasokan listrik akan menjadi surplus. Padahal di tengah pandemi perbaikan konsumsi listrik juga belum membaik.

Apalagi, kata Haryanto tahun depan PLN juga akan bertambah pasokan listriknya dari beberapa IPP yang memang mulai beroperasi seperti PLTU Batang. Tambahan kapasitas listrik di tahun depan bahkan bisa mencapai 4.000 sampai 5.000 MW.

"Ini akan cenderung oversupply. Nah, PR kita hari ini adalah bagaimana kita bisa memperbaiki demand bahkan untuk meningkatkan demand," ujar Haryanto.

Namun, memang kata Haryanto konsumsi listrik nasional 70 persen disumbang dari konsumsi listrik di Jawa Madura dan Bali. Namun, jika melihat struktur konsumen listrik 61 persen konsumen di Jamali merupakan konsumen rumah tangga dan bahkan konsumen subsidi.

"Nah, ini yang juga menjadi masalah. Karena berharap pertumbuhan konsumsi dari pelanggan rumah tangga tidak akan signifikan jika dibandingkan pertumbuhan konsumsi di sektor industri dan bisnis," ujar Haryanto.

Ia merinci untuk pelanggan rumah tangga saja 32 persen merupakan pelanggan yang memakai tengangan menengah sedangkan 7 persen memakai tegangan tinggi. "Ini kompoisi yang memang berbeda dengan pelanggan di daerah lain," tambah Haryanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement