Selasa 23 Feb 2021 13:39 WIB

Ratusan Santri di Tasikmalaya Selesai Jalani Isolasi

Santri boleh pulang, orang tua diminta membantu mengawasi kesehatan anaknya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Para orang tua santri menjemput anak mereka yang selesai menjalani isolasi di Hotel Crown Kota Tasikmalaya, Selasa (23/2). Sebelumnya, ratusan santri dan pengajar Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka diisolasi di sejumlah tempat, di antaranya Hotel Crown, RS Dewi Sartika, RSUD dr Soekardjo, dan asrama pesantren.
Foto: dok bayu adji p
Para orang tua santri menjemput anak mereka yang selesai menjalani isolasi di Hotel Crown Kota Tasikmalaya, Selasa (23/2). Sebelumnya, ratusan santri dan pengajar Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka diisolasi di sejumlah tempat, di antaranya Hotel Crown, RS Dewi Sartika, RSUD dr Soekardjo, dan asrama pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Ratusan santri Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya yang sempat dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 telah selesai menjalani massa isolasi selama 14 hari. Para santri itu telah diperbolehkan pulang kembali ke rumahnya masing-masing.

Berdasarkan pantauan Republika di Hotel Crown, tempat sebagian santri diisolasi, para orang tua menjemput anaknya yang selesai menjalani isolasi. Proses penjemputan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes)."Dari 110 orang yang diisolasi di Hotel Crown, 90 orang telah diperbolehkan pulang. Sisanya, 18 santri dan dua pengajar masih harus isolasi lebih lama karena ada keluhan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, Selasa (23/2).

Tak hanya santri dan pengajar yang diisolasi di Hotel Crown yang diperbolehkan pulang. Sebagian santri dan pengajar yang diisolasi di Rumah Sakit (RS) Dewi Sartika juga telah diperbolehkan pulang.

Asep menyebutkan, dari total 55 santri dan pengajar yang diisolasi di RS Dewi Sartika, sebanyak 40 orang telah diperbolehkan pulang. Di tempat itu, hanya tersisa 15 santri dan pengajar. Sementara dari total delapan santri dan pengajar yang menjalani isolasi di RSUD dr Soekardjo, hanya satu orang yang masih menjalani perawatan. Sisanya diperbolehkan pulang.

Selain itu, santri yang menjalani isolasi di lingkungan pesantren juga telah diperbolehkan pulang. Namun, ia mengaku mendapat data lengkap santri yang diperbolehkan pulang dari lingkungan pesantren.

Ia menjelaskan, para santri itu diperbolehkan pulang lantaran telah melewati masa 14 hari sejak pengambilan sampel pada 8 Februari. "Kemarin kita laksanakan skrining secara menyeluruh. Yang sudah tidak bergejala dan bisa dipulangkan," kata dia.

Ia menjelaskan, para santri dan pengajar yang belum bisa pulang dikarenakan masih merasakan keluhan berupa pusing, batuk pilek, anosmia (hilang penciuman), dan diare. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya telah berkomunikasi dengan pesantren dan orang tua santri agar mereka yang masih bergejala tetap harus menjalani isolasi sampai gejalanya mereda."Paling sekitar dua atau tiga hari lagi boleh pulang," kata Asep.

Ia menambahkan, para santri dan pengajar yang telah melalui masa isolasi telah dibekali dengan surat keterangan. Artinya, mereka tak perlu lagi melaporkan diri ke puskesmas setempat. Hanya saja, mereka diminta menjalani isolasi mandiri di rumah selama tujuh hari sebelum kembali beraktivitas."Ini hanya bagian dari kewaspadaan. Meski secara penelitian, efek penularannya sudah berkurang karena mereka sudah melewati masa inkubasi" kata dia.

Asep menyebutkan, jumlah kasus dari klaster Pesantren Persis 67 Benda juga mengalami penambahan. Dari semula 383 kasus, saat ini 389 kasus. Penambahan itu terjadi lantaran ada sebagian santri yang kembali melakukan tes swab PCR secara mandiri dan hasilnya positif. Selain, terdapat juga kasus santri yang hasil tes swab antigen reaktif, tapi dimasukkan data kasus aktif lantaran termasuk juga ke dalam kontak erat.

Pimpinan Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya, ustaz Asep Abdul Hamid mengatakan, mereka yang diperbolehkan pulang dari pesantren terdiri dari 99 santri putra, 72 santri putri, 27 pengajar, dan dua orang karyawan. Pemulangan dari pesantren dilakukan secara bertahap pada Selasa sejak pukul 07.00-14.00 WIB.  "Semua dipulangkan hari ini mulai pukul 07.00-14.00 WIB agar tak terjadi penumpukan. Yang menjemput juga maksimal dua orang dengan menerapkan prokes," kata dia.

Dalam proses pemulangan santri, orang tua juga wajib menyerahkan surat penyataan. Dalam surat pernyataan itu, orang tua diminta mengawasi perkembangan kesehatan anaknya.

Setelah santri pulang, orang tua tak perlu lagi lapor ke puskesmas setempat. Sebab, para santri yang diperbolehkan pulang sudah dibekali surat selesai isolasi Covid-19. Asep menjelaskan, untuk sementara kegiatan pesantren dihentikan terlebih dahulu. Namun, kegiatan belajar mengajar masih akan dilakukan secara daring. "Saya belum bisa memastikan sampai kapan. Kita perlu sterilisasi terlebih dahulu. Kita sekarang fokus pemulihan dulu," kata dia.

Ia menambahkan, ke depan ketika santri akan kembali masuk ke pesantren, pihaknya akan koordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya. Dengan begitu, diharapkan tak akan terjadi lagi kejadian serupa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement