Selasa 23 Feb 2021 13:27 WIB

Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi, Pertanian Perlu Investasi

Pertanian Indonesia berpeluang menopang perekonomian nasional

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang. Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah  maupun pihak lain.
Foto: Kementan
Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang. Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan para petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah maupun pihak lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sektor pertanian memiliki ketahanan terhadap dampak negatif pandemi Covid-19 karena tetap mencatatkan pertumbuhan positif sepanjang 2020. Kendati demikian, sektor pertanian masih tetap membutuhkan aliran investasi untuk bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Peneliti Senior LPEM Fakultasn Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Riyanto, mengatakan, Indonesia tengah menunjukkan tanda-tanda deindustrialisasi yang mengarah ke hal negatif.

Itu terlihat karena adanya surplus tenaga kerja di perdesaan yang belum bisa mampu terserap di sektor jasa. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmampuan sektor industri untuk berkembang cepat.

Pada saat yang bersamaan, sektor pertanian yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia memiliki peluang untuk menjadi penopang perekonomian. Apalagi, kata dia, sektor pertanian terbukti dapat meningkatkan sektor non pertanian jika tengah mengalami pertumbuhan positif.  "Kalau pertanian mau dijadikan mesin pertumbuhan, tidak ada pilihan lain selain peningkatan investasi," kata Riyanto dalam webinar yang digelar pada Selasa (23/2).

Riyanto menjelaskan, sektor pertanian dan industri memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor industri. Hasil penghitungannya mencatat, setiap pertumbuhan sektor pertanian sebesar 1 persen, maka bisa menghasilkan pertumbuhan di sektor industri sebesar 1,36 persen.  

Oleh sebab itu, investasi yang masuk harus diarahkan pada agroindustri. Itu demi mendukung industrialisasi produk-produk pertanian yang dihasilkan para petani tradisional.

"Elastisitas sektor pertanian terhadap manufaktur cukup besar. Tapi kita alami pertumbuhan industri yang lemah. Maka kuncinya mendorong pertanian agar kita bisa keluar dari jebakan pertumbuhan 5 persen," kata Riyanto.

Meski begitu, mendatangkan investasi ke agroindustri tidak mudah.Riyanto mengatakan, dibutuhkan reformasi kelembagaan, kedisiplinan, dan modal sosial dari para pelakunya untuk bisa mendapatkan kepercayaan investor. Dalam hal ini, generasi muda diperlukan untuk terjun ke sektor pertanian."Agroindustri akan memberikan nilai tambah yang besar. Mungkin memang anak muda yang akan mengarah ke sana," katanya.

Koordinator Fungsi Konsolidasi Neraca Produksi Nasional, Badan Pusat Statistik, Nur Indah Kristiani, mengatakan, sektor pertanian selama tahun 2020 tumbuh sebesa 1,75 persen. Adapun kontribusinya terhadap total produk domestik bruto nasional mencapai 13,7 persen.

Namun, dari sisi produktivitas, tengah mengalami tren penurunan. Itu tercermin dari distribusi penduduk yang bekerja di lapangan usaha pertanian meningkat 29,8 persen pada tahun lalu. Angka itu naik, dari posisi 2019 yang kontribusinya sebesar 27 persen."Ini hambatan, karena kalau produksi dibagi dengan jumlah tenaga kerjanya, maka produktivitas akan semakin rendah," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement