Selasa 23 Feb 2021 08:07 WIB

Atasi Gangguan Produksi, Kementan Mulai Gerakan Tanam Cabai

Bencana banjir secara langsung menganggu kegiatan produksi cabai.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Anggota kelompok tani Nambangan Lor memanen cabai rawit di lahan tidur milik Pemkot Madiun di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (7/1). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan memulai gerakan tanam cabai sebagai antisipasi penurunan produksi akibat bencana banjir di sejumlah daerah.
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Anggota kelompok tani Nambangan Lor memanen cabai rawit di lahan tidur milik Pemkot Madiun di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (7/1). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan memulai gerakan tanam cabai sebagai antisipasi penurunan produksi akibat bencana banjir di sejumlah daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan memulai gerakan tanam cabai sebagai antisipasi penurunan produksi akibat bencana banjir di sejumlah daerah. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Tommy Nugraha, mengatakan, pengembangan kawasan cabai ditargetkan seluas 5.000 hektare.

Menurutnya, lokasi penanaman akan dilakukan di seluruh sentra produksi cabai Indonesia. "Semua persiapan sudah dilakukan," kata Tommy kepada Republika.co.id, Senin (23/2).

Kendati demikian, Tommy menjelaskan, gerakan tanam itu tentunya membutuhkan waktu hingga panen. Diperkirakan waktu yang diperlukan sekitar dua bulan. "Yang penting kami lakukan solusi daripada tidak sama sekali," ujarnya. 

Sebelumnya, ia mengatakan, berdasarkan informasi dari para petani cabai, sejumlah sentra memang mengalami kebanjiran akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir.

Bencana banjir secara langsung menganggu kegiatan produksi cabai. "Kendala banjir terjadi hampir merata di sentra-sentra cabai. Rata-rata sentra kebanyakan di Jawa. Otomatis sedikit menganggu harga," kata Tommy.

Ia mengatakan, cabai termasuk tanaman yang terus berproduksi sepanjang tahun. Tommy menjelaskan, beberapa lokasi bencana banjir saat ini diketahui melanda kawasan sentra cabai yang siap melakukan panen.

Meski demikian, pihaknya belum dapat menjelaskan lebih detail mengenai dampak penurunan produksi cabai akibat banjir yang terjadi. Ia mengatakan, para petugas lapangan masih fokus menangani banjir sembari melakukan pencatatan dan penghitungan kawasan cabai yang terendam.

Selain menganggu produksi, kegiatan transportasi cabai dari sentra ke pusat-pusat kota juga mengalami gangguan. Alhasil, alur distribusi barang mengalami gangguan dan keterlambatan. Hal itu tentunya berdampak pada minimnya pasokan yang masuk ke pasar ritel.

"Hujan dan banjir tidak hanya mempengaruhi produksi, bahkan juga transportasi yang mengalami kendala," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement