Selasa 23 Feb 2021 04:13 WIB

PBB Taruh Harapan Penanganan Perubahan Iklim ke AS

AS kembali bergabung dengan perjanjian Paris menyoal perubahan iklim.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Logo dan gedung kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, 15 April 2020 (diterbitkan ulang 21 Januari 2021). Presiden AS Joe Biden pada jam-jam pertama menjabat menandatangani beberapa perintah eksekutif yang membalikkan kebijakan pendahulunya termasuk tentang pandemi virus corona, perjanjian iklim Paris, dan tembok perbatasan kontroversial Trump.
Foto: EPA-EFE/MARTIAL TREZZINI
Logo dan gedung kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, 15 April 2020 (diterbitkan ulang 21 Januari 2021). Presiden AS Joe Biden pada jam-jam pertama menjabat menandatangani beberapa perintah eksekutif yang membalikkan kebijakan pendahulunya termasuk tentang pandemi virus corona, perjanjian iklim Paris, dan tembok perbatasan kontroversial Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC — AS telah secara resmi kembali bergabung dengan perjanjian Paris menyoal perubahan iklim. Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan, kembalinya AS ke perjanjian tersebut adalah harapan untuk mengatasi perubahan iklim.

“Hari ini adalah hari harapan, karena Amerika Serikat secara resmi bergabung kembali dengan Perjanjian Paris. Ini adalah kabar baik bagi Amerika Serikat - dan bagi dunia," kata dia Jumat (19/2) kemarin dalam acara virtual.

Baca Juga

Menurutnya, kesepakatan yang ditandai baru-baru ini dengan Amerika Serikat adalah kesempatan yang sangat baik. Utamanya, dengan utusan khusus John Kerry, yang diakui Guterres sangat berperan dalam perjanjian tersebut.

Terpisah, mantan kepala pemanasan global PBB Christiana Figueres juga mengatakan, bergabungnya kembali AS kepada perjanjian itu, adalah bentuk pesan yang secara khusus dikirim untuk menunjukkan pandangan politiknya.

Sebelumnya, Biden memang sempat mengeluarkan pernyataan pada hari pertamanya menjabat, mengenai Paris Climate Change.

“Saya, Joseph R. Biden Jr., Presiden Amerika Serikat, telah melihat dan mempertimbangkan Perjanjian Paris, yang dilakukan di Paris pada 12 Desember 2015, dengan ini (kembali) menerima Perjanjian tersebut dan setiap artikel serta klausulnya atas nama Amerika Serikat," tuturnya saat itu.

Bergabungnya AS kembali, tentu akan memiliki pengaruh langsung di AS. Namun demikian, untuk melengkapi inisiatif Biden, pemerintahannya diketahui berencana untuk menghambat industri yang mengekstraksi bahan bakar fosil.  

Biden juga akan membatalkan pembangunan pipa minyak Keystone XL dari Kanada dan melarang izin masa depan untuk pengeboran minyak dan gas di tanah federal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement