Senin 22 Feb 2021 21:57 WIB

Bank Dunia: Vaksinasi Covid-19 Palestina Kurang Dana

Bank Dunia sambil menyerukan bantuan donor tambahan bagi Palestina.

Petugas polisi Hamas menjaga truk yang berisi kiriman vaksin Covid-19 perbatasan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza, beberapa waktu lalu. Bank Dunia menyebut, program vaksinasi Covid-19 Palestina kekurangan dana dan menyerukan donor tambahan.
Foto: AP / Adel Hana
Petugas polisi Hamas menjaga truk yang berisi kiriman vaksin Covid-19 perbatasan Kerem Shalom, di Rafah, Jalur Gaza, beberapa waktu lalu. Bank Dunia menyebut, program vaksinasi Covid-19 Palestina kekurangan dana dan menyerukan donor tambahan.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bank Dunia dalam sebuah laporan menyebut, rencana vaksinasi Covid-19 Palestina kurang dana 30 juta dolar AS (sekitar Rp 423 miliar). Hitungan itu pun sudah memperhitungkan dukungan dari skema vaksin global untuk negara ekonomi yang lebih miskin, kata , Senin.

Bank Dunia menyatakan, Israel, pemimpin dunia dalam hal kecepatan vaksinasi, mungkin dapat mempertimbangkan untuk menyumbangkan kelebihan dosis vaksin kepada Palestina. Terutama untuk membantu mempercepat vaksinasi di Tepi Barat dan Gaza.

Baca Juga

Bank Dunia melanjutkan, untuk memastikan ada kampanye vaksinasi yang efektif, otoritas Palestina (PA) dan Israel harus berkoordinasi dalam pembiayaan, pembelian dan distribusi vaksin Covid-19 yang aman dan efektif. 

Otoritas Palestina (PA) berencana melindungi 20 persen warga Palestina melalui program berbagi vaksin Covax. Selanjutnya, PA berharap mendapatkan vaksin tambahan untuk memvaksin 60 persen populasi Palestina.

Perkiraan biaya menunjukkan total biaya yang dibutuhkan sekitar 55 juta dolar AS (sekitar Rp 776 miliar) untuk memenuhi kebutuhan vaksin bagi 60 persen populasi. "Hanya saja, terdapat kekurangan sebesar 30 juta dolar AS (sekitar Rp 423 miliar)," kata Bank Dunia sambil menyerukan bantuan donor tambahan, demikian dilansir Reuters.

Palestina mulai vaksinasi bulan ini dan telah menerima sumbangan sejumlah kecil dosis vaksin Covid-19 dari Israel, Rusia, dan Uni Emirat Arab.

Namun, sekitar 32 ribu dosis yang diterima hingga saat ini jauh dari total 5,2 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

Organisasi Dosis Ekstra Palestina dan kelompok hak asasi manusia menuduh Israel mengabaikan tugasnya sebagai kekuatan pendudukan dengan tidak memasukkan Palestina dalam program vaksinasi negara Yahudi itu.

Para pejabat Israel mengatakan, di bawah perjanjian perdamaian Oslo, Kementerian Kesehatan PA bertanggung jawab untuk memvaksinasi orang-orang di Gaza dan di bagian Tepi Barat yang memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas.

Israel membuka kembali sebagian ekonominya pada Ahad (21/2) setelah meluncurkan salah satu program vaksinasi tercepat di dunia. Vaksin Covid-19 buatanPfizer Inc telah diberikan kepada 9,1 juta warganya dan Israel masih memiliki cadangan terpisah untuk sekitar 100.000 dosis vaksin Moderna Inc.

Meskipun Otoritas Palestina mengharapkan menerima pengiriman awal vaksin dari skema vaksin global Covax dalam beberapa pekan, program tersebut berisiko gagal, terutama karena kurangnya dana.

Otoritas Palestina mengatakan, mereka memiliki kesepakatan pasokan vaksin dengan Rusia dan perusahaan farmasi AstraZeneca, tetapi pengirimannya lambat.

"Dari perspektif kemanusiaan, Israel dapat mempertimbangkan untuk menyumbangkan dosis vaksin ekstra yang telah dipesannya, yang tidak akan digunakan," kata Bank Dunia.

Kementerian Kesehatan PA mengatakan pada Jumat lalu, Israel telah setuju untuk memvaksinasi 100.000 warga Palestina yang secara teratur menyeberang ke Israel untuk bekerja. Keputusan untuk memvaksinasi pekerja Palestina harus segera dibuat, kata anggota Satgas Covid-19 Israel, Nachman Ash, kepada wartawan pada Ahad (21/2).

"Dari perspektif medis, kami pikir memvaksinasi pekerja Palestina adalah hal yang benar untuk dilakukan," ujar Ash.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement