Senin 22 Feb 2021 20:30 WIB

Pengamat: Gubernur Harus Berani Benahi Seluruh Sungai

Saat ini hanya 33 persen saluran air yang berfungsi baik.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
Warga berjalan di atas jembatan sungai Ciliwung yang arus airnya deras, di Kelurahan Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021). BMKG merilis anomali iklim La Nina sedang berkembang di Samudera Pasifik, dampaknya pada Indonesia dapat menyebabkan cuaca ekstrem dengan curah hujan yang tinggi serta berakibat pada bencana hidrometerologi seperti banjir dan tanah longsor.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Warga berjalan di atas jembatan sungai Ciliwung yang arus airnya deras, di Kelurahan Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021). BMKG merilis anomali iklim La Nina sedang berkembang di Samudera Pasifik, dampaknya pada Indonesia dapat menyebabkan cuaca ekstrem dengan curah hujan yang tinggi serta berakibat pada bencana hidrometerologi seperti banjir dan tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus berani membenahi seluruh sungai secara tuntas. Selain itu, Anies juga harus bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Pemerintah Daerah (Pemda) terkait masalah banjir yang terus berulang tanpa ada solusi yang tepat. 

"Gubernur DKI Jakarta ini harus bekerja sama dengan kementerian PUPR serta Pemda Bogor, Bekasi dan sebagainya. Terus Gubernur juga harus berani benahi seluruh sungai utama dan anak sungai secara menyeluruh, bertahap dan tuntas. Lakukan juga pembebasan lahan sempadan sungai dan merelokasi ke rusun," katanya saat dihubungi Republika, Senin (22/2).

Selain itu, kata dia, kementerian PUPR harus melakukan penataan bantaran sungai dengan memadukan normalisasi dan naturalisasi bukan mempertentangkan. Targetkan, dari 13 sungai utama DKI Jakarta mampu berapa tahun. Misalnya dua sungai per tahun berarti akan tuntas tahun ke tujuh.

"Di era Fauzi Bowo sudah difokuskan empat sungai yang akan dibenahi seperti ciliwung, pesanggrahan, angke dan sunter. Nah, gubernur sekarang harus dilanjutkan jangan berhenti di tempat," kata dia.

 

Lalu, salah satu penyebab banjir kemarin adalah banjir kiriman dari berbagai daerah. Maka, harus ada kerja sama dengan daerah sekitar seperti perhentian izin pembangunan di puncak dan melakukan penghijauan serta membenahi semua sungai di Bodetabek.

"Curah hujan setiap tahun cenderung naik di atas rata-rata hujan tertinggi (hujan ekstrem). Sehingga bisa menenggelamkan  suatu wilayah dalam waktu lama. Artinya tidak cepat surut. Ini Pemprov DKI, Pemda dan Kementerian PUPR harus cepat bertindak," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement