Senin 22 Feb 2021 19:37 WIB

DKI Jelaskan Mengapa Pembangunan Sumur Resapan Lambat

Pada 2020, Pemprov DKI Jakarta membangun 2.974 sumur resapan.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Andri Saubani
Petugas Sudin SDA DKI Jakarta menyelesaikan pembuatan sumur resapan di kawasan Utan Kayu, Jakarta, Kamis (19/11). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pembuatan 5.000 sumur resapan atau drainase vertikal hingga akhir tahun 2020 untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya banjir. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas Sudin SDA DKI Jakarta menyelesaikan pembuatan sumur resapan di kawasan Utan Kayu, Jakarta, Kamis (19/11). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pembuatan 5.000 sumur resapan atau drainase vertikal hingga akhir tahun 2020 untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya banjir. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, pihaknya telah membangun sebanyak 2.974 titik sumur resapan di Ibu Kota pada 2020. Jumlah itu terbilang sedikit dari target 1,8 juta titik sumur resapan.

"Kalau SDA sendiri kemarin di 2020 sudah sampai 2.974 (sumur resapan)," kata Juaini di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (22/2).

Baca Juga

Adapun, Pemprov DKI sebelumnya menargetkan pembangunan sumur resapan sebanyak 1,8 juta titik. Jumlah sumur resapan atau drainase vertikal yang sudah dibangun itu pun masih jauh dari target.

Menurut Juaini, lambatnya pembuatan sumur resapan itu lantaran hanya ada dua vendor yang melakukan pembangunan pada 2020. Namun, ia menyebut, pada 2021-2022 pihaknya menargetkan pembangunan sumur resapan sebanyak 300 ribu titik dan akan dilakukan oleh 100 vendor dengan anggaran sekitar Rp 400 miliar.

"Kemarin kenapa lambat karena vendornya cuma dua. Nah, sekarang lagi diproses vendornya itu 100 vendor ya. Kita harapkan banyaknya vendor, jadi yang kerja banyak sehingga program kita bisa cepat kita jalankan," ujarnya.

Juaini mengungkapkan, pembangunan sumur resapan itu dilaksanakan di sejumlah titik atau lahan lahan yang menjadi aset Pemprov DKI. Mulai dari sekolah, kantor kecamatan, hingga puskesmas.

"Termasuk di lahan-lahan punya taman, kalau di taman kan kita bisa buat lebar, terus di badan jalan, di pinggir-pinggir jalan itu, di separator, itu kita bisa buat yang lebih luas gitu. Hingga daya tampungnya juga lebih besar gitu," ungkap dia.

Menurut Juaini, sumur resapan tersebut efektif menangani genangan air yang kerap terjadi di beberapa lokasi saat curah hujan tinggi. Ia mencotohkan, yakni salah satunya di depan Kantor Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur yang sering tergenang air.

"Sangat efektif. Seperti di depan Kantor Kecamatan Jatinegara itu biasa ada genangan di badan jalan, itu hilang itu lari ke sumur resapan itu," jelasnya.

In Picture: BMKG: Curah Hujan Tinggi Penyebab Banjir di Jakarta

photo
Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Kedoya Utara, Jakarta, Ahad (21/2/2021). BMKG mengatakan penyebab banjir yang melanda beberapa wilayah di Jakarta disebabkan curah hujan yang tinggi yaitu mencapai 226 milimeter (mm) per hari, dan diperkirakan akan terus melanda berbagai wilayah di Indonesia hingga akhir Februari 2021 atau awal Maret 2021. - (ANTARA/Muhammad Adimaja)

Pendapat berbeda disampaikan oleh Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah. Ia justru meragukan efektivitas sumur resapan. Ida menilai, sumur resapan efektif jika tidak ada lagi banjir yang terjadi.

"Seharusnya kan gini, efektif itu bila tidak terjadi banjir. Nah, kalau efektif tapi banjir kan sama saja bohong," jelas dia.

Ida pun berharap agar Dinas SDA DKI dapat segera berkoordinasi dengan dinas lainnya dalam penanganan banjir di Ibu Kota. Sehingga, seluruh upaya agar Jakarta terbebas dari banjir dapat terwujud.

"Ya semoga SDA segera koordinasi dengan dinas lain agar pekerjaan bisa berjalan dengan baik. Ini untuk dikerjakan agar rakyat bisa merasakan pengurangan banjir ada di DKI. Jadi tidak cukup berbicara saja, harus ada action (aksi)," ucapnya.

Sebelumnya, berdasarkan data BPBD DKI, Ahad (21/2), titik banjir mulai surut pada sejumlah wilayah Jakarta namun tercatat masih ada 49 rukun tetangga (RT) yang terdampak banjir dari jumlah total 30.470 RT atau 0,161 persen.

"Jumlah pengungsi sebanyak 1.722 jiwa dari 514 KK, semuanya dari wilayah Jakarta Timur. Dan masih ada 10 lokasi pengungsian yang juga disiapkan di wilayah Jakarta Timur," terang Plt Kepala BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto.

Secara lebih rinci, wilayah yang masih tergenang di Jakarta Barat terdapat lima RW terdiri dari enam RT dengan ketinggian air 40-70 cm. Di Jakarta Selatan terdapat enam RW terdiri dari 11 RT dengan ketinggian air 40-90 cm. Kemudian di Jakarta Timur terdapat 12 RW terdiri dari 32 RT dengan ketinggian air 40-100 cm.

Total pengungsi keseluruhan berada di Jakarta Timur, yaitu 1.722 jiwa dari 514 KK.Sabdo menyatakan jajaran Pemprov DKI Jakarta masih terus berkolaborasi dengan unsur TNI/Polri, kelurahan setempat, relawan, hingga masyarakat untuk bersiaga menyiapkan seluruh potensi yang dimiliki untuk penanganan banjir dan genangan, dengan tetap mengutamakan keselamatan jiwa.

photo
Hujan di Jakarta - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement