Ahad 21 Feb 2021 07:33 WIB

Roket Hantam Pangkalan Udara Irak, Respons Atas NATO?

Empat roket menghantam pangkalan udara Irak di Balad

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
Empat roket menghantam pangkalan udara Irak di Balad. Ilustrasi roket
Foto: Reuters/Amir Cohen
Empat roket menghantam pangkalan udara Irak di Balad. Ilustrasi roket

REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT – Setidaknya empat roket menghantam pangkalan udara Irak di Balad, di Provinsi Salah al-Din pada Sabtu (20/2).

Associated Press melaporkan, seorang kontraktor yang bekerja untuk perusahaan Amerika Serikat (AS) di pangkalan udara itu terluka dalam serangan tersebut. 

Baca Juga

Juru bicara media untuk Provinsi Salah al-Din, Jamal Akab, mengatakan kepada media lokal bahwa rudal itu mendarat "di dekat pangkalan udara di area terbuka". Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.  

Serangan roket terjadi setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, NATO akan meningkatkan misinya di Irak dengan menambah personel dari 500 menjadi 4.000 untuk memerangi sisa-sisa ISIS.

Peningkatan itu terjadi karena pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat secara bertahap mengurangi kehadiran mereka di Irak selama setahun terakhir. 

Misi pelatihan NATO diluncurkan pada 2018 untuk membantu negara yang dilanda konflik dengan mengembangkan akademi dan sekolah militer baru untuk angkatan bersenjatanya. Misi ini awalnya terletak di ibu kota, Baghdad, dan Yordania. 

Pada Januari 2020, pangkalan udara di Balad diserang delapan roket Katyusha dan melukai empat anggota angkatan udara Iran, termasuk dua perwira. Perusahaan pertahanan Amerika Serikat Sallyport memiliki kantor pusat di dalam pangkalan udara tersebut dan memiliki 46 personel yang dikontrak untuk memberikan layanan yang mendukung program F-16 di Irak. Amerika Serikat sebelumnya telah mengevakuasi beberapa kontraktornya dari pangkalan udara untuk alasan keamanan. 

Itu adalah serangan roket kedua yang menghantam pangkalan yang menampung pasukan atau kontraktor Amerika Serikat dalam waktu kurang dari sepekan. Pekan lalu, satu kontraktor sipil asing tewas dan sembilan lainnya cedera setelah serangkaian serangan rudal di pangkalan militer di dalam bandara Erbil. 

Serangan itu diklaim kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Awliya al-Dam. Pejabat Irak mengatakan, kelompok itu memiliki hubungan dengan Popular Mobilization Force (PMF) yang merupakan paramiliter Irak, yang didirikan pada 2014.   

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement