Ahad 21 Feb 2021 03:50 WIB

3 Pemeluk Agama Dapat Beribadah di Satu Gedung di Berlin

Gereja-masjid-sinagoge hibrida pertama di dunia akan beroperasi pada 27 Mei 2021

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
House of One
Foto: houseofone.org
House of One

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Tiga pemeluk agama dapat beribadah di satu gedung di Berlin, Jerman yang bernama House of One. Gereja-masjid-sinagoge hibrida pertama di dunia akan mulai beroperasi pada 27 Mei 2021.

Proyek pembangunan gedung itu memakan waktu 12 tahun dan menelan biaya setidaknya 47,2 juta Euro. Para perancang berharap tempat ibadah dapat digunakan oleh umat Yahudi, Kristen, dan Muslim sebagai tempat berdoa, beribadah, berkumpul, atau menjadi tuan rumah dialog antara agama dengan masyarakat luas.

House of One juga dimaksudkan untuk menunjukkan pada dunia ada perdamaian yang mungkin terjadi di antara apa yang disebut “Tradisi Abrahamik” di dunia. Ide House of One datang dari pendeta Protestan Gregor Hohberg setelah dia menemukan reruntuhan gereja pertama Berlin. Bangunan Romawi akhir yang berasal dari abad ke-13 telah dihancurkan dan direkonstruksi berulang kali sebelum dirobohkan selama Perang Dingin.

Hohberg ingin menghormati sejarah tempat itu dengan gedung baru tetapi tidak hanya dibangun gereja. Dengan dukungan parokinya, Hohberg mencari mitra Yahudi dan Muslim. Dari mitra Yahudi ada Rabbi Andreas Nachama yang merupakan mantan rabbi untuk sinagoga militer Amerika di barat daya Berlin. Sementara dari mitra Muslim ada Imam Kadir Sanci dari Forum Dialog Antar Budaya. Tiga tokoh itu mulai mengumpulkan dana untuk proyek pembangunan.

“Awalnya kami adalah rekan kerja dan sekarang kami berteman. Kami berfokus pada kebersamaan, menghabiskan waktu bersama, belajar bersama, dan bekerjasama dalam sebuah proyek konstruksi besar,” kata Sanci.

Desain arsitektur House of One telah menerima banyak perhatian selama dekade terakhir. Tata letaknya memberikan ruang yang sama bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim untuk berdoa, beribadah, dan berkumpul di bawah atapnya. Tetapi penekanannya adalah pada “Begegnungsraum” yang luas atau tempat pertemuan yang menghubungkan mereka.

“Di ruangan ini, House of One menjadi lebih dari sekedar rumah doa, tapi rumah pengertian,” ujar dia.

House of One juga telah menjalin kemitraan formal dengan “Rumah Perdamaian dan Agama” di Bangui, Republik Afrika Tengah. Republik Afrika Tengah memiliki penduduk yang mayoritasnya Kristen.

Dilansir Religion News, Jumat (19/2), House of One Berlin telah bekerja dengan kardinal Jerman, Dieudonné Nzapalainga, Imam Oumar Kobine Layama, dan presiden Aliansi Injili, Pastor Nicolas Guérékoyaméné-Gbangou untuk melanjutkan upaya persatuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement