Sabtu 20 Feb 2021 19:40 WIB

Dialog Terakhir Imam Al-Husain dan Saudarinya di Karbala

Imam Al-Husain dan Zainab sempat bercakap jelang dibantai di Karbala

Rep: Intan Pratiwi / Red: Nashih Nashrullah
Imam Al-Husain dan Zainab sempat bercakap jelang dibantai di Karbala. Karbala
Foto: [ist]
Imam Al-Husain dan Zainab sempat bercakap jelang dibantai di Karbala. Karbala

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di antara keluarga al-Husain yang ikut ke Karbala adalah Zainab, saudara perempuan al-Husain. Wanita ini bahkan membawa serta anak-anaknya. Ketika di Karbala, Zainab berdiam di dekat tenda al-Husain. 

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, dia sempat mendengar saudaranya itu melantunkan syair:

Baca Juga

 

يـا دهـر أُفٍّ لـك مـن خـلـيـل# كـم لـك بـالإشـراق والأصـيـل # مـن صـاحـبٍ وطـالـبٍ قـتيـلِ # والـدهـر لا يـقـنـع   بـالبـديـل# وإنّـمـا الأمــر إلـى الجـلـيـل # وكـلّ حـي سـالـك الـسـبـيـل

 

"Oh dunia, engkau adalah teman yang tercela. Mencari korban pagi dan petang. Tidak peduli teman ataupun lawan. Kau tak pernah puas dengan pengganti. kini kuserahkan sepenuhnya pada Allah, Yang Mahamulia karena kita pasti menempuh jalan yang digariskan-Nya."

Al-Husain mengulangi syair ini hingga dua atau tiga kali. Mendengar itu, Zainab tidak mampu lagi menahan diri. Dia langsung berdiri dan menghampiri al-Husain, sementara kain bawah bajunya terseret-seret di tanah. Sejak jauh hari, Zainab sudah berfirasat bahwa akan terjadi musibah besar hingga terucap dari mulutnya:

"Duhai petaka yang sangat besar! Andai saja kematian merenggut kehidupanku saat ini, tentu itu lebih aku sukai. Fatimah, ibuku sudah tiada, Ali ayahku pun demikian, al-Hasan saudaraku juga sama. Oh, al-Husain, pengganti yang akan pergi sekaligus peninggalan termahal yang masih tersisa!"

Al-Husain menoleh ke arahnya dan berkata: "Saudariku, jangan biarkan setan menghilangkan kesabaranmu".

"Ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu. Semoga nyawaku bisa menjadi tebusan bagi nyawamu," ucap Zainab.

Al-Husain sangat sedih hingga air matanya bercucuran. Dia kemudian berkata: "Andai burung quthah tidak diganggu, tentu dia akan tetap tidur". Zainab langsung pingsan ketika mendengar ungkapan tersebut. Dia benar-benar yakin bahwa inilah saat-saat perpisahan dengan al-Husain untuk selamanya.

Al-Husain lantas menghampiri Zainab lalu memercikkan air ke wajahnya. Setelah Zainab siuman, al-Husain menasihatkan: "Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah kalimat takziyah seperti yang diajarkan-Nya. Kamu harus ingat bahwa semua penduduk bumi pasti mati, bahkan penduduk langit tidak selamanya hidup. Segala sesuatu selain Allah pasti mati. Ayahku lebih baik dariku, ibuku lebih baik dariku, saudaraku (al-Hasan) lebih baik dariku. Aku, mereka, dan juga setiap muslim pasti menghadapi kematian seperti yang dihadapi Rasulullah". Sebenarnya, al-Husain berusaha menghibur Zainab dengan kata-kata tersebut.

Setelah itu, al-Husain berwasiat: "Saudariku! Aku bersumpah kepadamu, maka penuhilah sumpahku. Jika aku mati, janganlah kamu merobek pakaian, atau mencakar wajah, atau mengatakan 'celaka aku!'" (Lihat: Al-Kamil, Tarikh ath-Thabari). Wasiat terakhir al-Husain untuk saudarinya, Zainab, tertera pula dalam sejumlah referensi Syiah melalui jalur pernyataan Ali bin al-Husain.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement