Jumat 19 Feb 2021 21:41 WIB

Pengolahan Sampah di Bali Berbasis Edukasi Masyarakat

Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk.

Pengolahan Sampah di Bali Berbasis Edukasi Masyarakat (ilustrasi)
Foto: Rumah Zakat
Pengolahan Sampah di Bali Berbasis Edukasi Masyarakat (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,DENPASAR -- Pengolahan sampah di Bali dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat dengan sistem berbasis banjar (dusun) dan terus mengembangkan sistem bank sampah.

"Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dan lembaga sosial masyarakat, seperti di Kota Denpasar melalui edukasi dengan sistem banjar dan peningkatan bank sampah di masing-masing desa dan kelurahan," kata Founder Malu Dong Community, Komang Sudiarta dalam acara diskusi edukasi webinar yang bertajuk "Inspirasi Bijak dari Pulau Dewata untuk Kebaikan Lingkungan", Jumat (19/2).

Ia memberikan pemaparan bahwa sebenarnya sampah-sampah yang menumpuk di tempat penampungan akhir (TPA) atau sampah yang mencemari lingkungan dari hulu ke hilir adalah atas perilaku masyarakat itu sendiri. Itu pun sudah dilakukan sudah cukup lama. Yang lebih parah adalah sampah plastik.

"Oleh karena itulah langkah-langkah yang dilakukan di Pulau Bali adalah pihaknya bersama pemerintah melakukan gerakan untuk mengedukasi masyarakat agar pemilahan sampah bisa dilakukan dari rumah tangga sendiri," ujarnya.

Sudiarta lebih lanjut mengatakan sampah organik bisa diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah-sampah plastik, seperti botol plastik bisa di kumpulkan untuk bernilai ekonomis. Langkah itu sudah dilakukan di bank sampah, contohnya di Kota Denpasar.

Dikatakannya, dengan gerakan ini secara berkelanjutan, diharapkan ke depannya secara perlahan akan dapat mengurangi pencemaran lingkungan, termasuk juga tumpukan sampah pada TPA.

Sedangkan narasumber Head of Climate & Waterdship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni mengatakan masyarakat dalam pemakaian botol plastik harus memikirkan atau memilih sebelum menggunakan sehingga tidak sampai mencemarkan lingkungan.

"Pemilihan botol plastik bertujuan untuk nantinya bisa diolah kembali atau di daur ulang. Langkah ini akan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan," ujarnya.

Hal sama juga dikatakan, Editor in Chief of National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, bahwa untuk menjaga lingkungan harus dilakukan seluruh masyarakat dalam berperilaku kehidupan sehari-harinya, sebab adanya sampah yang mencemari lingkungan itu dari perilaku warga itu sendiri.

"Karena itu, saya mengajak masyarakat untuk selalu hidup bersih dan sehat. Mengolah sampah agar lingkungan menjadi bersih dan lestari," ucapnya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement