Jumat 19 Feb 2021 17:10 WIB

KIP: 'Generasi Halu' di Medsos Kebanyakan Migran Digital

Generasi halu adalah mereka yang mengalami hiperealitas di media sosial.

Social media (Instagram). Ilustrasi
Foto: Huftpost
Social media (Instagram). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP), Arif Adi Kuswardono, mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami hiperealitas dan banyak ditemui di media sosial kebanyakan berasal dari kelompok digital migrant atau migran digital.  Mereka adalah kelompok yang tidak tumbuh di era budaya digital.

Hiperialitas adalah ketidakmampuan kesadaran untuk membedakan realitas dengan citra (image) atau simulasi realitas, yang sering terjadi pada masyarakat postmodern berteknologi maju. Sekelompok orang yang mengalami hal itu bisa disebut dengan istilah "generasi halu".

"Dari kajian psikologis, memang 'generasi halu; ini, terutama sekali, menghinggapi, atau dialami yang digital migrant, ketimbang yang digital native, jadi mungkin seperti Gen X. Sementara Gen Z, generasi Alfa sudah murni digital, mereka memang lebih terampil untuk berinteraksi di media sosial," ujar Arif dalam webinar "Keterbukaan Informasi Publik: Jurus Anti Halu, Generasi Digital," Jumat (19/2).

Lebih detil, Arif menjelaskan bahwa hiperealitas terjadi saat tatanan normal antara image dan reality tidak terhubung. Dalam perkembangannya, image menjadi kabur, realitas disembunyikan. Itu kemudian berakhir pada image dan realitas yang sama sekali berbeda.

 

Salah satunya, banyak terjadi di dalam dunia maya di mana seseorang menjadi orang lain atau roleplay seorang tokoh atau selebritas. Tindakan ini masuk dalam tujuh jenis kabar bohong.

Untuk itu, Arif mengatakan beragam konten di media sosial harus dicermati dan direspons secara kritis sebelum masuk ke dunia digital.

"Teknologi komunikasi terus berkembang, masa-masa yang akan kita alami itu memang masa-masa yang sangat intens dengan teknologi dan informasi. Jangan sampai nanti kita memasuki masa atau periode itu dengan pemikiran yang salah atau dengan sikap yang salah, sehingga kemudian justru tidak bermanfaat atau tidak produktif di periode atau di masa itu," kata Arif.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement